Senin, 13 Januari 2014

Lelahnya aku menunggu-mu percaya, hanya kuingin kau mengerti itu


Aku lelah menunggumu percaya. Aku lelah menunggumu untuk ada. Aku lelah menunggumu untuk berhenti sejenak dan melihat betapa aku berdiri sendiri. Seorang diri. Aku lelah mencoba lagi dan lagi entah yang harus keberapa kali dan berapa lagi untuk untuk menyakinkan. Aku lelah.

Taukah kau? Seberapa melelahkan aku menyakinkan diriku sendiri bahwa aku bisa, bahwa aku harus bangun, bahwa ketika aku mencoba lagi akan kulakukan yang terbaik. Tetapi lagi-lagi kau membuat segalanya terasa benar-benar melelahkan. Entah berapa lama dan berapa kali harus mencoba dan menunggu.

Kukatakan pada hatiku. Kuat, kuat, kuat! Kamu bisa, hanya sedikit lagi, aku tidak berhenti mencoba mengerti, ku pelajari lagi dan lagi lalu kau hanya berkata kita akan mencoba lagi. Berapa lama? Haruskah seumur hidupku? Sampai masa akan habis?

Jika kuinginkan, tak bisakah kau memberi. Jika aku menunggu, tidak bisakah kau datang. Jika aku mencari, sekali saja temukan. Hanya satu kali. Jangan membuatku lelah dan marah. Satu kali saja, bersikaplah selayaknya kau membelaku. Satu kali. Jangan membuat aku selalu terlihat berbeda.

Karena aku seorang diri. Karena aku tak pernah seberuntung itu. Karena aku tak punya siapa-siapa. Bisakah sesekali kau berpihak padaku dan lihat kau disini. Apa yang membuatmu seakan merasa aku akan merengut segalanya? Hingga aku bahkan tak boleh menyentuh apapun.

Apakah aku harus memulai dari awal lagi. Maju, mundur, ke kanan, ke kiri. Sampai kapan? Hingga habis masa dan aku bosan? Hingga aku tak lagi menunggu? Atau sampai yang lain mendahuluiku? Kenapa kau selalu membuatku begini lelah? Hingga aku merasa benci saat melihatmu berkata seolah-olah manis di depan yang lain.

Haruskah aku memulai lagi? Pernahkah aku merasa selelah ini melainkan ketika kau membuatku menjadi begini. Aku menyayangimu. Tanpa syarat, tanpa alasan, tanpa kata tetapi. Apakah sesulit itu untukmu mengerti dan percaya atasku? Apakah aku akan merengut segalanya?

Aku sudah cukup berbeda. Dan walau kutakan beribu kali atas hal bisa untukmu itu, kau akan tetap menutup telingamu untuk mendengar bahkan peduli. Meski kukatan seribu kali atas luka dan sakitku, bahkan kau tidak akan tergerak untuk apapun. Berbedakah aku? Hingga kurasa kau begitu membenci akan sosokku. Haruskah aku menghilang?

Aku tidak ingin membencimu. Tidak ingin lelah karenamu. Tidak ingin menyerah dan menghindar lebih jauh. Aku mencoba diam dan menerima dan lebih menyayangimu. Namun, semakin sulit ketika kau lagi-lagi meningalkanku seakan tidak pernah ada sesuatu yang harus menjadi bagian dari milikmu.

Harus kuapakan hatiku yang terluka? Harus kuapakan lelahku yang selalu membunuh? Harus kuapakan airmata dan luka yang selalu kau bahkan tidak tau apalagi peduli..? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar