Kamis, 26 November 2015

I can't breathe without you dey


Haruskah aku menyatakan lagi dan lagi sepiku? Menyatakan menyerah dan mengibarkan bendera putih pada sang waktu? Membunuh detik demi detik dengan harapan dan kayang-kayang tak berarah dan bertuan.. 
Hidup yang tak berjiwa, nafas yang tak punya arti dan bahkan hati yang tidak bisa kau mengerti keinginananya..
Sepiku.. akankah engkau mengerti? Engkau hanya merasa terusik dengan keluhan yang lagi dan lagi.
Aku tak bisa bangun sendiri, aku ingin kedua tangan yang membantuku untuk bangkit, namun..
Bagaimana rasanya ketika hatimu menyimpan cerita lain yang bahkan tak bisa kau ketahui?

            Pagi ini udara lembab dan dingin sehabis hujan, se-cangkir kopi hangat dan lagu sendu mengingatkanku akan masalalu. Tiba-tiba aku rindu pada sosokmu yang sempurna, tiba-tiba aku ingin dipeluk dengan kedua lengamu yang besar dan hangat, tiba-tiba aku ingin mendengar omelan mengenai pakaian yang tertutup dan sebagainya.
            Apa kabarmu dey? Masikah kamu menungguku? Jika saat ini kukatakan aku sudah menemukan jawaban atas hatiku, apakah kau masih mau memelukku dengan segenap hatimu itu?.

(flashback)
                                                            26 month ago
           
            Daren atau dey, adalah pacar yang sempurna. Ketika aku pertama kali mengenal dey, ia memandangku dengan tatapannya yang hangat dan senyum yang manis. Harus kuakui, dey adalah obat dari segala penyakit hati dan luka. Hanya tiba-tiba ia hadir dan sedikit demi sedikit menghapus luka dan aimataku, mengantinya dengan tawa yang paling indah.
            Dey membuat siapa saja yang berada didekatnya merasa nyaman, merasa akrab, suasana yang yang kaku akan hilang berganti tawa ketika dey ada. Dia segalanya.
            Tak lama setelah aku mengenal dey, kami menjadi sangat dekat. Ia suka bercerita hal-hal aneh, lucu dan bermakna kepadaku. Dey mengajariku hal-hal baru, seperti berjalan disepanjang jalan yang penuh dengan makanan kaki lima, membantu para pengamen cilik mendapatkan lebih banyak receh dengan ikut bernyanyi, atau hanya berjalan-jalan di taman melihat orang-orang yang mencoba mencari sesuap nasi dengan pekerjaan menghibur. Dey membuka mataku lebar-lebar, bahwa hidupku lebih baik dari siapapun dan aku tak harus sendirian didalam lubang hitam tak berujung.
            Tepatnya enam bulan setelah aku dan dey berkenalan dan menjadi dekat, dey menyatakan cintanya kepadaku. Didepan semua orang, keluarga dey, teman-teman, sahabat-sahabat kami, semua. Rangkaian bunga mawar cantik, balon-balon putih-merah muda, cincin terindah yang pernah kulihat. Dey memberikan segalanya untukku.
            Ia.. dey memberikan segalanya untukku. Cintanya, hatinya, waktunya, perlindunganya, senyumannya, segalanya.. dan aku sangat bahagia. Tidak ada satu haripun yang kulewati tanpa dey, ia obat atas segala perihku selama ini, dey seperti udara saat aku ingin bernafas.
            Aku ingat, ketika kami pergi berkencan berdua, atau ketika kami makan malam berdua, dey selalu memandang mataku dalam-dalam, kedua bola mata dey yang hitam pekat, dan senyumnya yang hangat “nay.. do you love me?” selalu begitu. Dan aku akan selalu menjawab dengan senyuman manis sembari kecupan kecil di pipi dan kening dey.
            Suatu ketika dey merasa sangat hancur, proposal taman hiburan yang ia rancang sedemikian rupa ditolak. impian yang ia rancang dengan segenap kekuatanya, ternyata hanya menjadi bualan belaka. Hubungan dekat dengan investor mengalahkan segala prestasi dan kerja keras. Dey murka. Ia jatuh dan tersungkur.
            Ketika aku mengunjungi dey ke apartmen-nya, dey terlihat sangat buruk. Ia hanya duduk disudut jendela dan menatap kosong. Maket hancur berserakan dimana-mana, kertas proposal robek menjadi serpihan-serpihan kecil.
Aku menghampiri dey dan memeluknya erat. Dey menangis dipelukanku untuk yang pertama kalinya. Tiba-tiba dey berkata lagi “nay.. do you love me?” aku tersenyum dan memeluk dey lebih erat. Dey melepaskan pelukanku, mengengam kedua lenganku, memandang mataku dengan pekat dan marah “nay! Do you love me!” aku memandang dey dengan hampa, apa yang diinginkan lelaki ini? Kenapa dia begini, aku berfikir keras unutk sebuah jawaban yang bahkan diriku sendiri tidak mengerti.
“do you love me nay? Say that you love me! And i will be alright.. saya akan bangun lagi nay, saya akan coba dengan segala yang saya punya sekali lagi, meski harus berulang kali, akan saya lakukan lagi, but please, say that you love me..” jelas dey kemudian.
“i can’t breathe without you dey” kataku kemudian. Aku memeluk dey kemudian, dey menghela nafas. Apakah ia kecewa? Bahkan ketik kukatakan bahwa ia adalah seluruh nafasku?.
Tiga bulan setelah itu, dey bangkit kembali. Ia memulai impian-nya lagi. Dey berusaha lebih keras dari sebelumya. Tak lama kemudian dey memenangkan sebuah tender besar. Proyek dey kali ini adalah villa dan mall. Dey menjadi sangat sibuk, kami hanya berbincang melalui telephone dan memandang melalu social media. Dey kembali dengan sinar yang lebih terang.
Kurasa aku mulai merindukan dey, sekitar enambulan dey sibuk dengan urusanya, ia berpergian dari kota ke kota bahkan ke negara-negara tetangga. Dey luarbiasa. Meskipun begitu, dey tidak pernah berhenti berhubungan denganku, dey selalu menghubungiku.“i love nay..” selalu ia ucapkan diakhir pembicaraan kami.
            Bulan ke-tujuh setelah dey pegi, tepatnya bulan januari. Aku terbang ke Bali, kudengar proyek dey berhasil, dan mereka akan merayakannya di Bali. Aku tidak menghubungi dey hari itu. Ini akan menjadi kejutan kecil fikirku. Setelah seharian aku memasak dan menunggu di kamar villa dey, dey akhirnya pualang.
            Aku bersembunyi di balik tirai besar dengan membawa red velvet buatanku. Aku menunggu di balik tirai, dey dan teman-temanya masuk. Dey mabuk. Dey berjalan sempoyongan dibantu dengan teman-temanya. Selama ini aku tidak pernah tau bahwa dey minum, atau mabuk, aku hanya sedikit merasa terkejut. Ketika aku ingin keluar dari tirai dan berteriak “surpice!”
            “say that you love me” kudengar suara dey yang tebata-bata karena mabuk.
            “you know ram, saya ga yakin nayla cinta sama saya.. dia ga pernah bilang i love you buat saya” kata dey lagi. Aku kembali bersembunyi di balik tirai, mendengarkan.
            “mungkin cinta ga harus diomongin tuan mabok” kata rama salah satu teman dey
            “saya cinta sama dia ram, saya kasih semuanya. Hati, waktu, fikiran, semua buat dia. Saya cinta sama dia ram.. tapi hari demi hari saya sama dia, saya kayak sadar sama satu hal. Saya Cuma seorang diri dengan cinta yang gede banget, saya Cuma jadi pemeran utama yang ga punya lawan atau jalan cerita. Nay butuh saya, Cuma karena nay ga mau sendiri..” tiba-tiba hatiku nyeri. Aku ingin marah namun disisi lain aku merasa dey benar.
            “nay satu-satunya buat saya ram, tapi entah kenapa saya merasa nayla selalu mencari dan mencari sesuatu yang lain, yang mungkin bukan saya, atau saya ga ada didalamnya”
            “jadi kamu mau lepasin nayla dey?” tanya rama kemudian
            “saya ga bisa hidup tanpa dia ram, ga bisa. Meskipun saya harus cinta sendirian selamanya, meskipun saya harus beribu dan berjuta kali bilang cinta dan nay enggak, saya ga bisa biarin nay pergi ram” dey tertidur karena mabuknya, dan mataku berkaca-kaca. Aku teduduk dibalik tirai, ia.. dey benar. Kurasa itu aku.
            Rama membawa dey kekamar, entah sejak kapan rama sadar bahwa aku berada dibalik tirai. Rama membuka tirai dan menemukanku yang menangis sembari memegang kue. Rama mengajakku duduk bicara berdua.
            “jadi.. kisah cintanya sebelah tangan?” tanya rama kemudian
            “mungkin gitu ram, mungkin dey bener. Saya ga pernah cinta sama dey ram. Saya jahat. Saya... perlu waktu buat berfikir ulang” jawabku
            “dey bener nay, kita semua bisa liat itu. Dey yang mencintai kamu dengan semua yang dia punya dan kamu yang hanya mempertahankan dia karena takut akan sepi. Dey bukan boneka pengibur nay” jelas rama lagi.
            Airmataku mengalir, kata orang “ketika dirimu tidak bisa memberikan jawaban, maka rasa sakit yang akan menjadi jawaban” ia. Perih di hatiku mewakili segalanya, dey benar, rama juga. Aku hanya sibuk berlarian mencari perlindungan atas sepiku, aku juga hanya terus memanfaatkan dey agar selalu berada didekatku. Aku jahat.
            Dey terbangun di pagi hari, ia kaget melihatku sibuk mempersiapkan sarapan didapur. “nay!” teriak dey, aku berbalik dan tersenyum manis, dey memelukku erat. Wajah dey sembab, ia kelihatan tidak begitu sehat. Dey tak berhenti memelukku, aku merasa lirih dalam hati.
            Dey sangat bersemangat hari itu, ia tersenyum sepanjang hari. Ketika kami makan malam berdua, dey bilang ia akhirnya mengerti, bahwa aku mencintai dirinya dengan cara yang berbeda, itulah kenapa aku datang untuk mengujunginya ke Bali. Aku hanya tersenyum, tidak ingin merusak kebahagiaan dey.
            Malam ketigaku di Bali, dey mengundang teman-temannya makan malam bersama, dey sangat bersemangat saat itu. Ketika malam semakin larut, ketika kami juga larut dalam alunan lagu yang sendu dan suasana dingin malam, tiba-tiba dey belutut dihadapanku, dey mengengam sebuah kotak kecil berbentuk hati, lalu membukanya “will you marry me nay..?” pinta dey kemudian.
            Aku terdiam, memandang kedua bola mata dey dalam-dalam. Teman-teman dey  yang tadinya menikmati malam tampak membeku, menunggu jawabanku. Dey tampak mengerti dengan sikapku yang diam, rama mengajak semua teman-teman dey yang lainnya untuk masuk dan berkaraoke. Dey masih berlutut di hadapanku, lalu dengan segera memasangkan cincin yang berada dikotak tadi ke jari tangaku. Mataku mulai berair, dey mengerti.
            “come on dey, saya ga..” tiba-tiba dey menutup mulutku dengan tanganya
            “kita bisa mulai dari sini nay, cinta bisa tumbuh, semua orang jaman dahulu nikah tanpa cinta dan mereka bahagia”
            “kita ga hidup di jaman dahulu dey..” kataku kemudian
            “kita memang ga hidup di jaman dahulu nay, tapi kita bisa coba lagi. Saya ga masalah dengan apapun nay. Asalahkan itu kamu” jawab dey
            “tapi saya ga bisa dey, saya nyakitin kamu lagi dan lagi, kamu..” dey menyelaku lagi
            “saya ga apa-apa nay! Kamu sudah lebih dari cukup!” bentak dey
            “saya yang ga bisa dey, kamu mau saya berubah jadi monster jahat? Kamu layak dapet yang lebih baik dari saya, yang mencintai kamu, yang kasi hatinya buat kamu, dan dia mungkin bukan saya. Kamu akan bahagia dey” jawabku sembari meraih pipi dey.
            “apa yang kamu cari nay? Apa? Siapa?”
            “saya ga tau dey,  saya hanya masih terus mencari, saya Cuma masih terus menunggu, ga tau untuk siapa, dan ga tau kenapa, dan saya terlalu jahat buat kamu selalu disamping saya dengan perasaan yang kayak gitu. Kamu layak untuk bahagia dey”.
            Lalu aku pegi meninggalkan dey disana, aku kembali ke Jakarta. Kudengar dey lebih sering minum-minum, beberapa kali rama mencoba menghubungiku namun aku tak pernah menjawabnya. Dey bisa belajar tanpaku.
            Dua bulan berlalu setelah hari itu, kudengar dey masuk rumah sakit. Ada masalah dengan lambungnya karena kebiasaan barunya minum-minuman keras. Hari itu, aku datang menjenguk dey. Dey sedang tertidur ketika aku masuk ke ruang rawat inapnya. Dey nampak lebih kurus, ia terlihat benar-benar sakit.
            Aku mendekati dey, memegang erat tanganya dan dey terbangun. Ia tersenyum melihatku.
            “kamu datang nay, saya tau kamu pasti dateng..” kata dey dengan perlahan
            Aku tersenyum “jangan sakiti diri kamu dey, atau saya akan lebih jauh” jawabku.
            “kamu sudah merengut segalanya nay, kamu..”
            “kalogitu janji sama saya kamu akan bangkit lagi” kataku
            “ada hadiah seusai janjinya selesai?” pinta dey
            “aku ga tau dey..” dey mengengam tanganku erat, hatiku sakit melihatnya yang terlihat menderita, dey telihat sangat sakit.
            “ayo kita buat perjanjian dey..” kataku lagi, dey memandang mataku dengan sedikit pancaran sinar dari matanya
            “kamu akan kembali ke aku?” kata dey kemuadian
            “deeeey! Ayolah jangan gitu” jawabku dan dey terkekeh. “biarin aku temuin dulu apa yang kucari, biarin aku tau dulu hatiku akan kemana, kenapa, biarin aku pastiin apakah kita akan jadi cinta atau bagimana, lepasin aku dey” wajah dey tampak sedih mendengar itu.
            “setelah aku yakin dengan hatiku, setelah aku yakin atas segalanya, dan kamu masih menunggu buat aku, ayo kita mulai lagi dari awal”. Dey tersenyum
            “aku akan nunggu kamu nay” kata dey
            “dan itu mungkin ga sebentar dey, kamu boleh menyerah kapanpun. Ketika kamu menemukan seseorang yang bisa buat kamu jatuh cinta dan bahagia sama kamu dan yang juga kasi cintanya seutuhnya juga sama kamu. Kamu boleh menyerah kapanpun”.

(flashback selesai)

           
            Lebih dari dua tahun berlalu sejak saat itu. Aku sudah cukup berkeliling dunia menikmati pekerjaanku, aku belum bisa menemukan apa yang sebenarnya kucari hingga pada akhirnya aku menyadari bahwa aku hanya perlu tinggal dan menjadi bahagia. Begitu banyak yang berubah, aku tak lagi meronta dan menjerit mejalani hidup, aku lebih banyak tersenyum dan bersyukur, dan duniapun tersenyum dan memberikanku lebih. Aku bahagia dey.
            Dua tahun lebih telah berlalu, terakhir yang kuketahui dey kembali mewujudkan mimpinya, dengan proyek yang lebih besar, dengan kesuksesan yang lebih besar pula. Tidak ada yang kutahu lebih dari itu mengenai dey. Aku berharap bahwa ia akan hidup dengan bahagia. Lalu apakah kami akan bertemu lagi? Aku tidak tau, dan... aku menemukan sesuatu ketika aku berada di Bali beberapa bulan lalu.
            Aku bertemu lagi dengan rama, kami hanya mengobrol beberapa saat. Rama yang memberitahuku bahwa dey mengejar mimpinya lagi. Lalu rama bercerita mengenai masalalu, waktu itu ketika aku bersembunyi di balik tirai dan menangis, dey tahu segalanya. Dey tidak benar-benar tidur, dey mendengarkan aku dan rama berbicara. Dan alasan kenapa dey masih melamarku bahkan ketika ia sudah tau bahwa aku tidak pernah mencintainya adalah cinta. Itulah deyku.
            Setidaknya aku berlajar satu hal lagi dari dey, ia bahkan masih mencintaiku bahkan ketika aku sudah dengan sangat jahat membiarkan ia sendirian. Aku menyadari satu hal, satu-satunya hal, yang ingin kulakukan sekarang adalah bertemu dengan dey, lalu mengatakan “dey.. i’m falling in love with you”. Namun happy ending tidak begitu mudah dibentuk, tidak ada yang tau dimana dey sekarang, pekerjaannya membuat ia berpergian ke banyak tempat, dan tidak ada yang tau apakah dey masih menungguku atau ia sudah menemukan kebahagiaanya sendiri.
            Dan... Tuhan memberika teguran-Nya kepadaku. Aku dan beberapa teman dekatku berjanji akan makan malam bersama, bahkan sekarang aku memiliki teman dekat.  Namun pekerjaanku memaksaku harus terlambat. Ketika memasuki restaurant aku berlari tergesa-gesa hingga tak sengaja menabrak anak perempuan hingga ia jatuh dan menangis keras. Aku panik, aku tak berhasil mendiamkan-nya dengan sogokan permen atau eskrim, anak perempuan itu terus menangis, lalu tiba-tiba seorang pemuda datang dan mengendong anak perempuan itu dan membawanya pergi. Dia dey.
            Mungkin dey sudah menemukan kebahagiaanya sendiri. Anak perempuan itu sangat mirip dengan dey. Bahkan anak perempuan itu memanggil dey dengan sebutan “daddy”. Hatiku hancur, dan aku tidak bisa marah, tidak boleh marah. Dey nampak bahagia dan itu hukumanku karena pernah membuat dey begitu terluka.
            Seusai makan malam kami, aku akan pulang dan menunggu taxi di depan restaurant. Seseorang menarik tanganku, iya.. dey.
            “apa kabar nay?” tanya dey dengan lembut
            “baik. Sangat baik.. kamu baik-baik aja dey?” tanyaku lagi
            “hmm.. iya. Kamu berubah banyak nay, saya sempet linglung, kamu makin cantik” puji dey, dan aku hanya tersenyum.
            “selamat dey, dia cantik banget kamu pasti bahagia..” kataku lagi
            “siapa?” tanya dey
            “anak perempuan kamu. Aku minta maaf, tadi aku buru-buru dan ga liat jalan” lalu dey tiba-tiba tertawa.            
            “alika namanya, iya dia cantik banget kan? Mirip sekali denganku ya?” Kata dey
            Aku merasa kecewa dan hanya diam “sekali lagi selamat dey” kataku sembari pergi dan membuka pintu taxi.
            Dey memegang tanganku dan berbisik di telingaku “anak mbak lara dan mas robby. Masih ingat mereka kan? Alika keponakanku, dan aku masih nunggu kamu nay”. Aku tersenyum, “ga jadi pak” sembari menutup pintu taxi dan memeluk dey.
            Kami kembali bersama. Kali ini setiap kali dey bertanya “nay, do you love me?”aku akan selalu menjawab “i love you so much honey”. Kami akan segera menikah beberapa bulan lagi, dey melamarku untuk yang kedua kalinya, dihadapan semua orang (lagi). Dan kali ini tentu saja “yes, i do”.
            Well.. hidup ga pernah semudah mengambil keputusan antara makan apa atau minum apa, hidup jauh lebih berat dari itu. Semakin sulit hidupmu, sepi akan semakin menyelimuti, semakin sulit hidupmu maka hati akan semakin lari dan akhirnya sembunyi. Selama kita bisa menjalani dengan ikhlas, selama kita selalu tersenyum akan dunia yang kejam, maka kita bisa menikmati alunan kehidupan. Ada kalanya untuk mencari jati diri, ada kalanya untuk menemukan kebahagiaan di tempat yang berbeda, berjalan sejauh apapun untuk menemukan sesuatu. Namun tak selamanya kebahagiaan ditemukan dengan terus mencari, terkadang kebahagiaan sudah ada, kamu hanya perlu tetap tinggal dan hidup didalamnya...