Sabtu, 24 April 2021

Jedamu dan jawaban Tidak

Perjalananku jadi sunyi lagi. Tidak buruk, hanya lebih hening dari kemarin. Berbeda dari kelam, tapi bisa di katakan seperti memudar dan semu. 


Harus kuakui, bahwa adanya kamu di hidupku membuat sesuatu menjadi lebih berwarna. Memahami dengan indah. Cinta dengan makna dan gaya, jedamu yang keras dan toleransiku yang mengalir deras lalu jawaban tidak atas doaku. 


Aku sudah mencoba dua kali, dan memaksa memang bukan sebuah jawaban. Presepsi dan sarkasme berbeda ya tuan?  


Aku seperti di buang, seperti dengan paksa di jauhkan, seperti sepeleh ketika kukita cukup punya arti, dan tidak bisa marah atau berontak kepada yang memperlakukan. Tidak punya hak terluka. Setiap orang punya hak untuk bersikap seperti isi kepala dan hati mereka bekehendak. Harus kutoleransi, tapi aku tidak lagi berjuang di sana. 


Hanya mendekatkan diri denganmu, membuatku berpelangi, membuatku jauh lebih sabar, membuatku lebih dekat dengan penciptaku, membuat ribuan doa-doa kecilku melayang tak bernama, dengan penuh harapan dan sedikit paksaan kata ikhlas yang mungkin Tuhan tau bahwa aku memaksa. 


Aku suda berjuang duakali, kukira sudah cukup. Tidak boleh memaksa dan mengharuskan. Tidak ingin lagi berlari-lari seorang diri. Kali ini, aku akan diam di temptku memperhatikan. 


Hariku tidak buruk, tapi harus kuakui hal-hal membosankan membuatku muak. Langkah yang sama, orang-orang yang sama, tempat yang sama, bahasan-bahasan yang sama dan dengan perasaan yang sama. Dan kamu yang sudah menjauh dengan konyol membuat semua itu jauh lebih memuakan. 


Aku kehilangan. Tapi silahkan jadi maumu. Cinta dan kepemilikan berbeda. Cinta dan menikah juga berbeda. Cinta dengan sepenuh hati dan cinta karena lelah sendiri juga beda, iya kan? 


Pernah aku membayangkan sekali. Mungkin indah jika kita bisa serumah, bertengkar namun di bicarakan dan menemui titik imbang, jika nanti adik kecil perempuan sudah punya kakak laki-laki pelindung, jika nanti ocehan-ocehan sayangku dimaklumi ayah dan kakak, jika nanti adik di gandeng ayah dan kakak memeluk bunda meminta izin bekehendak. Tapi Allahku jauh lebih baik dalam bersekenario. JawabanNya tidak. 


Jadi aku mengubah hatiku. Tapi aku tetap ingin kamu di sekitarku. Tapi aku masih berusaha terus dan terus merayu Tuhanku. Sampai sekali lagi jawabannya tidak. 


Sungguh juram terdalam adalah hati manusia ya,? Setidaknya kukira begitu.  Menerka tidak berlaku disana. 


Untuk sebuah penutup, terimakasih. Karena sudah tumbuh dan hidup dengan baik, semoga perjalananmu cepat menemukan rumah untuk tinggal segera terlaksana, semoga kamu bisa tidur nyenyak tanpa berfikir tentang hari esok lagi, semoga hati jadi membaik, semoga cinta yang kamu tidak mengerti akhirnya bisa membuatmu sangat bahagia. Amin doaku untukmu. 


Dan aku juga akan baik saja, badai apa yang tidak bisa kulewati? Aku sudah bertemu dengan banyak hal, melwati banyak lorong, bermain di bawah hujan lebat, tidak sengaja menemukan pelangi indah di balik bukit, ahh.. kuyakin Allahku Baik. Dan akan tetap begitu. 


Ini untukmu, aku tidak yakin kamu akan membacanya atau tidak. Tapi, jika kamu tidak sengaja membacanya karena mencari tahu tentangku atau merindukanku, iya. Ini untukmu, ini kamu. 

Yang pertama untukku, dan tetap takbisa jadi kepunyaanku 🙂 bahagia terus kamu...