Jumat, 24 Oktober 2014

Aku bahagia, aku sangat bahagia..

Hari ini kamu cantik. Gaun putih pajang yang teruntai disepanjang jalan yang kamu lewati, bungga yang kamu genggam erat, dan senyum yang mengembang tidak hentinya itu. Kamu harus bahagia..

     Ternyata, kita tidak mengikat janji bersama disini. Tenyata bukan aku yang mendampingi kamu disana, mengandeng tanganmu yang mungil. Ternyata janji tidak selamanya bisa ditepati. Tidak. Aku tidak menyesal, karen kamu tidak harus menunggu seseorang sepertiku lagi.

     I hope he bought you flower,  i hope hold your hand
     give you all his hours then he have the chance
     take you an every party and remember how much you love to   
     dance..
      now my baby dancing, but she dancing with another man..
    
     Ini hal terakhir yang bisa kuberikan cantik, suaraku di penghujung pestamu. Kita berjanji bahwa hari kemarin dan kemarin adalah masalalu dan esok kita akan berbeda dari hari ini. Kukira, aku akan butuh waktu yang lama untuk itu. Aku yang membuang kebahagiaanku, layaknya tak bernilai.

     Kamu terdiam, memandangku dari tempatmu duduk dan selebihnya orang-orang yang tidak mengerti dan berdecak kagum dengan suaraku. Dia, tersenyum padaku. Penggantiku yang duduk di sampingmu.

Kembali ke dua tahun lalu..

     "Maaf mas, ini" katamu sembari memberikan plester luka untukku.
     "Saya ga pesen itu, kopi hitam" kataku menolak
     "Bukan gitu mas, tangannya berdarah" menujuk kepada tanganku
     Dan dari sana semua dimulai, ketika pertama kali kamu mulai memperhatikan luka goresan yang sedikit itu, hingga kamu mengobati setiap bagian dan luka di dalam diriku.

     Kita menjadi dekat sejak hari itu. Kita berbagi rahasia, berbagi hoby, saling mengenalkan dunia kita masing-masing. Untuk pertama kalinya, aku bukan aku, aku menjadi kita. Kamu supel, hangat, penuh pengertian, kamu tempat yang tepat untuk tinggal dan bertahan dari segala hujan dan angin yang datang berhembus deras.

     Dan aku mulai serakah memilikimu. Aku ingin seluruhnya, sepenuhnya, kita tidak harus berbagi. Segalanya harus menjadi milikku dan kamupun tidak bersedia di genggam erat tak bernafas, di batasi, tak diberi ruang gerak.

     "Apa yang salah? Kenapa kamu kayak gini? Kita ga bisa berhenti sekarang!!" Teriakku waKtu itu.

    "Saya bukan saya ketika bersama kamu. Kita hanya sebutan, yang ada hanyalah kamu dan hidup kamu. Saya menjadi orang asing yang bahkan hati kecil sayapun tidak kenal. Saya terjerumus jauh dan semakin jauh. Kamu biarkan saya sendirian terasing, kamu ikat saya kuat-kuat namun seakan saya udara yang membuat kamu bernafas".

     "Saya masuk ke kehidupan kamu. Menjadi biasa dengan teman-teman elite kamu. Belajar kesetiaan, belajar menjadi profesional, belajar bekerja dan mendapatkan lebih banyak uang. Saya bahagia ketika belajar mengenai dunia yang baru saya ketahui, dengan gemerlap barang mewah, dengan pembicaraan bermakna, dengan orang-orang yang tidak biasa saja"

     "Tapi.. lama kelamaan saya semakin seorang diri, semakin kesepian, semakin menjadi seseorang yang dulu sangat saya benci. saya lupa rasanya bahagia tanpa upah, tetawa dengan lepas, membicarakan hal-hal bodoh, berteman dengan seisi dunia, dan kamu membiarkan saya sendirian disana".

     "Saya terus berfikir melakukan apa dan bagaimana, saya selalu takut menjadi ketinggalan jauh dibelakang, saya ingin diakui hingga membusungkan dada dan menjadi seperti orang yang berbeda adalah segalanya. Dan itu salah. Itu bukan saya"

     "Saya lupa, bahwa saya hidup untuk sebuah kebahagiaan. Saya terlalu sibuk dengan menjadi sepadan dengan kamu yang memiliki segalanya yang sempurna"

     "Mungkin bukan saya yang kamu cari, bukan saya yang tepat untuk kamu. Bukan saya yang bisa mengisi hari-hari kamu karena saya ga mampu menarik kamu untuk melihat atau bahkan menyentuh dunia saya. Yang sederhana, yang teduh, yang bahagia.."

     "Biarkan saya menyerah. Saya ingin jadi saya yang dulu, yang masih penuh dengan kebahagiaan saya yang sederhan. Lepaskan sayaa.."
  
      Lepaskan saya.. yang hingga saat ini masih terus tergiang di telingaku, dengan jelas. Dan bodohny saya dengan arogansi hanya berteriak marah dan membiarkan kamu pergi. Lalu menjadi hancur sesudahnya.  Bodoh.

     Saya naik jauh dan lebih jauh kepuncak. Memiliki dan meraih banyak hal, namun menuju puncak kamu tidak bisa mendaki berasama, seorang diri. Hingga aku semakin dan semakin menjadi sepi lalu kamu dan hanya nama kamu yang tak berhenti mengisi setiap mimpi di tidur malamku, setiap doa-doaku untuk kesempatan kedua. Hanya kamu. Dan tiba-tiba, sebuah undangan putih dan cantik dengan pita biru sampai kepada apartmenku. Kamu sudah benar-benar pergi.

Kembali ke pesta..

     Riuh seisi ruangan memecah lamunanku. Tawa, obrolan, canda, semua orang tampak bahagia. Kamu berjalan menuju arahku, tersenyum dengan manis dengan kaki-kaki mungilmu, memberikan tanganmu untuk ku sambut. Dan kulakukan.

    "Apakah kamu harus cantik hari ini?" Kataku sembari berdansa dengamu.
    "Selamat datang ke pestaku.." katamu dengan senyum.
     "Pria itu adalah saingan terberat dalam bisnisku, beraninya kamu!"
     "Dia suamiku sekarang, baiklah padanya ya.."
     "Apakah dia sebaik itu? Hingga harus dibela sekarang? Ayolah, aku pata hati sekarang, setidaknya katakan sesuatu yang mengiburku"
     "Aku bahagia.. aku sangat bahagia"
     "Itu cukup, selamat cantik" kataku dengan hati lega,
     "Temukan kebagiaanmu sendiri dan jangan biarkan dia sendirian ya.."
    
     Dan malam itu, adalah akhirnya.
     Entah esok atau hari ini, atau kapan hari itu tiba.. aku juga akan bahagia seperti kamu..