"OMG!!" Teriakku didalam hati. Nick berdiri di sana, di balik pintu yang tertutup, mencoba sembunyi dan aku mematung dengan bodohnya. Nick berjalan melaluiku, masuk ke salah satu toilet dan menutup pintunya, dan hentakan pintu membuatku tersadar dan hendak lari. Tiba-tiba tangannya meraihku, menarikku masuk ke dalam toilet, BERDUA DENGAN SI NICK! nick menutup mulutku dengan tanganya yang penuh goresan dan darah. Terdengar suara guru yang memeriksa di luar toilet.
"Siapa didalam?" Kata pak tarno satpam sekolah
"..." kami saling diam, nick memandangku dan seolah saling mengerti
"Zea pak disini, sakit perut!"
"Iya neng, ati-ati entar d pukulin anak-anak badung!"
"..." kami saling diam, nick memandangku dan seolah saling mengerti
"Zea pak disini, sakit perut!"
"Iya neng, ati-ati entar d pukulin anak-anak badung!"
Kami masih terdiam di sana, aku memandang dalam-dalam sepasang bola mata berwarna hitam pekat itu, bulat, bak mata anak bayi milik kakakku yang baru lahir, cantik sekali namun terasa sepi. Nick menarik tangannya pelan-pelan dari mulutku,
"Liat apa lo!" Bentaknya.
Aku hanya diam membisu, setelah keadaan cukup aman kami keluar dari sana, aku melihat pantulan diriku di cermin ada noda darah di sekitar bibirku dan cepat-cepat kubersihkan dengan air. Nick jatuh terduduk kelelahan, keringatnya membasahi sekujur tubuhnya. Pasti perih dengan luka-luka dan memar itu, pikirku dalam hati.
Nick menunduk memedangi perutnya, baru terasa nyeri mungkin setelah puas membantai. Aku menunduk memberikan saputanganku, "sebenarnya aku sedang apa?" Pikirku dalam hati, namun hanya saja ini kulakukan tanpa fikir panjang, tanpa peduli resiko kena bentak lagi dan ternyata tidak. Nick meraih saputanganku, berdiri dan membersihkan noda darahnya di depan cermin lalu pergi berlalu begitu saja, seperti aku tak ada disana.
Ada yang aneh, aku mematung lagi. Menikmati detak jantungku yang berdebar tak karu-karuan, merasa bahagia untuk sesuatu yang tak jelas, kurasa aku semakin gila saja terkena virus aneh milik nick mungkin. Aku keluar dari toilet setelah membersihkan peralatanku, berjalan dengan lunglai kembali ke kelas, di kelas mereka sibuk membicarakan "pembantaian" tadi.
"Zea!" Fey menegurku, "dari mana aja lo? Ga liat adegan seru sih, mereka.." belum selesai fey bercerita aku berlalu meninggalkan fey kembali ke tempat dudukku
"Jangan bilang lo ketemu salah satu dari mereka?" Kata fey tiba-tiba
"Maksud lo apaan fey?"
"Itu!" Menujuk ke arah baju seragamku yang ternoda bercak darah dibagian kerah.
Lalu lamunanku kembali ke saat tadi, ketika nick memegangi tanganku dan satu tanganya lagi menutupi mulutku dan mata kami saling bertemu. Iya tanganya menyentuh kerah bajuku, dia mencoba bertopang padaku saat hampir jatuh, sepertinya sedikit sepoyongan.
"Ze!! Malah melamun, itu kenapa?" Kata fey lagi
"Enggak ah, entah kenapa aku lupa" dan aku berbohong yang bahkan tidak kumengerti kenapa
"Jangan bilang lo ketemu salah satu dari mereka?" Kata fey tiba-tiba
"Maksud lo apaan fey?"
"Itu!" Menujuk ke arah baju seragamku yang ternoda bercak darah dibagian kerah.
Lalu lamunanku kembali ke saat tadi, ketika nick memegangi tanganku dan satu tanganya lagi menutupi mulutku dan mata kami saling bertemu. Iya tanganya menyentuh kerah bajuku, dia mencoba bertopang padaku saat hampir jatuh, sepertinya sedikit sepoyongan.
"Ze!! Malah melamun, itu kenapa?" Kata fey lagi
"Enggak ah, entah kenapa aku lupa" dan aku berbohong yang bahkan tidak kumengerti kenapa
Pelajaran usai, aku kembali ke rumah dengan perasaan aneh. Berkali-kali sepasang bola mata itu mondar-mandir difikiranku, ada yang salah dengan jantungku, setiap kali aku mengingat saat itu, detaknya akan semakin kencang dan tak beraturan. Aku berbaring di ranjangku, mencoba membangkanya lagi dan entah kenapa.. aku tidak membenci membayangkanya berulang-ulang.
"Indah.." kata yang keluar dari mulutku tiba-tiba.
"Indah.." kata yang keluar dari mulutku tiba-tiba.
Esok pagi di sekolah aku mencari sosok itu, nick. Dia tidak sekolah hari ini, sedikit sepi dan aku sedikit kecewa. Entah sejak kapan, tapi aku mulai ingin melihanya sesekali walau dari kejauhan. Pelajaran berlalu seperti biasa, aku pulang dengan wajah kusut. Fey bercerita tentang adam sepanjang hari dan aku hanya tersenyum selama itu juga. Entah kenapa aku hanya ingin berjalan sebentar, sembari mencari taxi ngangur yang lewat fikirku.
Dengan fikiran yang kacau aku hanya berjalan menyusuri jalan, entah dimana aku sekarang. Aku duduk disebuah tempat halte bus kecil, melamun jauh memikirkan banyak hal. Kenapa fey bertahan dengan adam yang menyukai setiap perempuan, atau aku tidak mengerti kenapa buk rose suka sekali menyuruhku menyelesaikan seabrek soal matematika rumit atau... kenapa nick tidak masuk sekolah?
"Tiiinnnn!!" Klakson mengagetkanku
Seseorang duduk di atas motor besar berwarna hitam pekat itu sedang tertawa geli karena mengagetkanku, aku mendekat dan melihat wajahnya lebih jelas. "Siapa orang ini?" Fikirku dalam hati dan ketika kulihat lebih jelas, dia nick.
"Ngapain lo bengong disana? Nunggu om-om?" Katanya
"Eh! Mulutnya ga di kandangin, nunggu taxi gue"jawabku kesal
"Nih taxi dateng!" Sembari menyerahkan helm padaku
"Naik ginian?" Kataku yang dengan sekuat tenaga mencoba menyembunyikan rasa senangku
"Ga mau? Taxi lama, ojek aja mayan kali. Tapi ga maksa..."
"Mau kok mau!" Aku menyela sebelum nick berubah fikiran
"Mayan kan hemat ongkos, hehhe" kataku lagi
Seseorang duduk di atas motor besar berwarna hitam pekat itu sedang tertawa geli karena mengagetkanku, aku mendekat dan melihat wajahnya lebih jelas. "Siapa orang ini?" Fikirku dalam hati dan ketika kulihat lebih jelas, dia nick.
"Ngapain lo bengong disana? Nunggu om-om?" Katanya
"Eh! Mulutnya ga di kandangin, nunggu taxi gue"jawabku kesal
"Nih taxi dateng!" Sembari menyerahkan helm padaku
"Naik ginian?" Kataku yang dengan sekuat tenaga mencoba menyembunyikan rasa senangku
"Ga mau? Taxi lama, ojek aja mayan kali. Tapi ga maksa..."
"Mau kok mau!" Aku menyela sebelum nick berubah fikiran
"Mayan kan hemat ongkos, hehhe" kataku lagi
Dan aku disana, di balik punggung nick, menaiki motornya. Dan jantung ini kumat lagi, berdegup tidak karu-karuan, senang tanpa sebab, aaahhh.. aku sudah mulai gila. Perjalanan panjang yang hanya diisi dengan salin diam itu terasa singkat, tiba-tiba sepeda motor nick sudah sampai didepan rumah zea, zea turun dan melepaskan helm dan memberikannya ke nick. Lalu tiba-tiba zea sadar sesuatu
"Gue belom bilang apa-apa soal alamat gue dan kita udah nyampe sini aja?" zea bertanya
"Rumah gue di belokan depan, rumah kedua setelah belokan. Gue sering liat lo bawa-bawa kucing yang di paksa jadi anjing tiap minggu pagi, kesian sama tu kucing"
"Di belokan sana? Kok gue gak tau?"
"Anak rumahan yang taunya dirumah mau kenal siapa lagi kali? Lo keluar rumah seminggu sekali aja udah keajaiban banget" ledek nick
"Gue limited edition kali, jadi ga boleh di umbar-umbar!" Zea membela diri
"Iya kali limited d rumah aje" nick membalas, zea hanya diam
"Nick!" Sembari mengambil helm dri tangan zea
"Gue tau! Lu udah di kenal satu sekolah"
"Bagus deh, gak ketinggalan banget lu jadi"
Zea terseyum "zeaaa.." ketika zea memperkenalkan diri sepeda motor nick sudah berlalu melaju kencang.
"Rumah gue di belokan depan, rumah kedua setelah belokan. Gue sering liat lo bawa-bawa kucing yang di paksa jadi anjing tiap minggu pagi, kesian sama tu kucing"
"Di belokan sana? Kok gue gak tau?"
"Anak rumahan yang taunya dirumah mau kenal siapa lagi kali? Lo keluar rumah seminggu sekali aja udah keajaiban banget" ledek nick
"Gue limited edition kali, jadi ga boleh di umbar-umbar!" Zea membela diri
"Iya kali limited d rumah aje" nick membalas, zea hanya diam
"Nick!" Sembari mengambil helm dri tangan zea
"Gue tau! Lu udah di kenal satu sekolah"
"Bagus deh, gak ketinggalan banget lu jadi"
Zea terseyum "zeaaa.." ketika zea memperkenalkan diri sepeda motor nick sudah berlalu melaju kencang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar