Jumat, 30 Mei 2014

Choco valentine


Sesuatu seperti cinta juga memerlukan takdir dan kisah didalamnya, jika tidak dilahirkan untuk menjadi satu, maka usaha sebaik apapun tidak akan menjadikanmu satu. Apa kabar kamu valentine pertamaku? Akhir-akhir ini aku berfikir tetangmu.. aku tak ingin hidup dimasa lalu, namun kamu terlalu manis untuk menjadi masalalu.. selalu begitu.
     Di tahun 2008, saat aku memulai sesuatu seperti cinta. Ketika Tuhan mengenalkanku pada makhluk yang ku kira sempuran dan memiliki segalanya, yang layak untuk kucintai, yang selalu membuatku bahagia dalam diam, yang diam-diam ku perhatikan, yang dari jauh selalu kunanti saat kita bicara.
     Tahun-tahun berlalu, dan aku hanya menjadikanmu sebagai tempat teristimewa disudut hatiku, sebagai seseorang yang menjadi alasanku bertahan atas segalanya. Senyummu cukup untukku bertahan akan rasa sepi dan hampa. Dan akan selalu ku tunggu saat-saat kita bicara sederhana mengenai hal yang harus dipelajari hari esok.
     Aku seperti pecundang gila yang kehilangan akal, bahkan aku tak perlu makan atau minum, hanya kamu.. lalu semua akan cukup.
     Ketika kamu tak kunjung datang menyambut cintaku, aku masih diam menutup mulut seraya berdoa pada setiap malamku, harusnya aku malu memintamu dengan sangat kepada Tuhan setiap malam. Namun aku tak pernah menyerah.
     Orang-orang bilang, segala sesuatu yang menjadi hal yang pertaama akan selalu memiliki tempat special dihatimu. Kukira itu benar. Kamu cinta pertamaku, dan selalu ada ruang untukku dan duniaku mengingat masa-masa itu. Masa-masa tersulit dan termanis yang pernah ada dalam hidupku yang membosankan ini.
     Di bulan Februari di tahun 2008, aku sibuk dengan hari-hariku sebagai anggota OSIS yang baru. Setidaknya ada sekitar lima proposal yang harus kami ajukan untuk setiap even. Saat itu baru kusadari, bahwa aku bisa melupakanmu untuk sejenak.
     Kita tak sering berpapasan lagi, aku sibuk dengan urusanku dan kamu hanya berlalu seperti angin ketika kita bertemu. Kukira ini saatnya aku menyerah dengan cinta, dengan kamu. Aku mulai berhenti menunggu didepan kelas untuk seseorang yang akan lewat, aku mulai berhenti memperhatikan segerombolan laki-laki yang bercanda konyol dari jauh diantara ada kamu, aku mulai berhenti berharap bahwa Tuhan akan mempertemukan kita dalam satu moment indah tertentu, sedikit demi sedikit aku mulai menghapus sosokmu dari hatiku.
     Profosal ku diterima, dan hari valentine nanti sekolah kita akan punya moment istimewa, dengan bunga-bunga mawar pink, dengan hiasan balon-balon, dengan coklat, dengan cinta. Aku masih sibuk berkutik dengan dekorasi sehingga tak sengaja aku menemukanmu yang mempehatikanku dari jauh, yang tersenyum geli ketika aku berteriak sana-sini untuk aturan dekorasi. Aku tak sengaja berfikir bahwa seseorang memperhatikanku, dan ketika kusadari itu kamu. Aku jatuh, lagi.
     Ketika kukira sudah kubuat benteng pertahanan untukmu yang tak mungkin bisa masuk dalam lubuk hatiku, ketika kubuat dengan begitu susahnya sebuah pertahanan yang erat, aku jatuh karena senyummu yang sederhana padaku. Untuk yang kedua kalinya, kamu menjadi cintaku lagi. Hanya karena sebuah senyum kecil dari jauh, aku jatuh dan mulai berdoa untukmu lagi.
apa?”. “penting banget ya?”. “harus sesibuk itu?” yang ku kira adalah lebih dari sekedar pertanyaan singkat. Apakah kamu mulai menungguku? Mulai menghawatirkanku? Mulai men.. cintaiku?? Imajinasiku.
     Tiga hari sebelum valentine, aku menangis hingga tak punya tenaga untuk melakukan apapun. Pada kenyataanya, aku hanya pecundang bodoh dengan khayalan yang tinggi. Kudengar kamu jadian dengan salah satu teman baikku, kudengar kamu menyatakan cinta didepan semua orang untuk itu, kudengar.. kamu sangat bahagia.. dan itu tidak cukup.
     Ketika kuserahkan profosal rincian biaya ke ruang kepala sekolah dan melewati kelasmu. Kulihat kamu tersenyum manis merayu, kepada dia. Salah satu teman baikku. Bukankah aku bodoh? Itu cukup membuat airmataku habis dan tenagaku terkuras. Aku menyerah.. mungkin kamu memang bukan milikku, dan ini saatnya untuk melepaskan.
     Dua hari sebelum menjelang valentine aku semakin sibuk dengan urusanku. Tak apa,ini akan sangat baik untukku. Aku tak harus mengingatmu saat waktu ku menjadi luang. Aku menjadi berbeda, tidak lagi terseyum manis padamu, bahkan ketika kita berpapasan dan kamu menjatuhkan beberapa buku ku, aku hanya merapikannya kembali dan berlalu, tanpa sepatah katapun. Kulihat sosokmu yang terpantul dari kaca, yang bingung, yang kaget atas tingkahku.
   Sehari sebelum valentine, aku menangis lagi, airmataku pecah. Mengasihani diri sendiri atas ketidakmampuan, atas kelemahan, atas cinta yang pertama kali namun tak terbalas, atas rasa sakit dan perih yang terus kutahan, yang selalu kutunjukan kepada dunia, bahwa aku baik-baik saja. Aku kalah lagi. Aku tak sekuat itu, aku tetap jatuh.
     Hari valentine tiba, acaranya sempurna. Musik, dekorasi, moment, mereka bahagia. Di panggung, ada beberapa pasangan yang dengan berani menyatakan cinta,         ditolak, diterima, manis. Ketika kukira hari ini benar-benar berakhir dan ternyata belum.
     Aku berjalan menuju ruang kepala sekolah, melewati jalan setapak ditaman sekolah kami, dengan angin yang sepoi dan pohon-pohon yang seakan menari pelan. Aku melambatkan langkahku, mencoba menikmati hari valentine ini. Aku berhenti sejenak, terdiam di tengah jalan setapak taman, seorang diri, memejamkan mata dan merasakan angin yang bertiup melewati tubuhku, menyentuh helaian rambutku.
     Tiba-tiba seorang anak kecil berlari ke arahku. Anak laki-laki itu, menarik ujung rok sekolahku, membuatku membuka mataku, kulihat dia dengan ekspresi khas anak kecil yang lucu. Kulihat matanya yang berbinar bahagia seakan baru saja menerima kado istimewa.
        Kulihat dia mengengam dua batang coklat, satu diantaranya dililiti pita berwarna pink. Aku mengerti sekarang, dia bahagia karena cokelat-cokelat itu. Ketika aku mulai berjalan lagi, dia menarik tanganku dan menyerahkan coklat dengan pita pink tadi kepadaku. Aku yang bingung dan ragu. Mengelus kepalanya yang kecil seraya berkata, “kok kasi kakak, buat anes ajaa..”.
        Anak kecil itu terdiam dan ketika aku berlalu meninggalkan, dia berteriak lebih girang. Di ujung lain jalan setapak kulihat dia berdiri. Laki-laki yang kucintai. Menunggu entah apa, kukira dia menunggu kekasihnya. Dan aku hanya berpapasan tanpa sepata kata dan pergi berlalu. Dia tak hentinya memandangku yang berjalan pergi. Ketika kusadari, semua sudah terlambat.
       Aku tersentak sejenak, meloneh kearahnya. Kulihat anes berjalan menuju dia, mengatakan sesuatu dan dia menjadi pilu, diam dengan matanya yang seduh. “ya udah ga apa-apa, buat aness aja” hanya itu yang bisa kudengar dari jauh. Aness kegirangan, dan dia berbalik dan pergi menjauh. Saat itu kusadari, bahwa coklat dengan pita pink itu untukku, dari dia yang selama ini kunantikan.
      Aku tak bisa menangis, bahkan aku terlalu bodoh untuk menangis. Aku menyalahkan diriku sendiri untuk saat itu. Dia tiba-tiba tak pernah lagi muncul dihadapanku. Kudengar dia pindah mengikuti orang tuanya. Aku menjadi si bodoh yang pilu.
     Dua bulan berlalu dari hari itu, dan aku masih menyalahkan diriku sendiri. Masih hingga sekarang. Aku duduk di kantin, ketika teman-teman dekatku yang salah satunya adalah jessie, yang kukira adalah pacar dari “dia” datang dan mengajakku bercerita.
     “jadi udah ditembak dira?” kata jessie tiba-tiba yang membuat jantungku seakan berhenti berdetak. Dira.. nama “dia” yang mengisi ruang untuk cinta pertamaku, yang menjadi dekat dengan jessie untuk menayakan segala tentangku. Dira yang membuat simulasi cara menyatakan cinta didepan kelas yang khusus dia siapkan untukku. Dira yang membaca hampir sepuluh buku novel-novel romance untuk mempelajari cara menyatakan cinta yang romantis. Dira.
    Aku kembali ke kelasku, duduk melamun dan menjadi pilu. Siapa yang tidak, ketika menyadari melakukan hal bodoh seperti aku. Kepaku pusing, hingga sepertinya lebih baik untukku pulang sekarang, aku membereskan buku-bukuku dan memasukannya kedalam tas, aku akan meminta izin dan pulang. Ketika aku mengambil buku di laci dan menemukan sesuatu, aku terhenti sejenak.

            Dear Nina..
Punya waktu besok? Ayo kita nonton film bagus.
                                                                                    Dira.

            Dear Nina..
Besok ada fesitval makanan jepang, mau kesana bareng??

                                                                                    Dira
            Dear Nina..
Nanti aku tunggu di depan gerbang sekolah ya, kita pulang bareng. Okee??
                                                                       
                                                                                    Dira
            Dear Nina..
Aku mulai patah semangat nin, gimana lagi aku harus nunggu kamu? Ayo kita beli buku bareng.. kamu suka novel kan? Aku punya beberapa, aku tunggu di kantin ya, nanti aku pinjemin kamu deh..
                                                                                    Dira

            Dear Nina..
Aku suka sama kamu nin, maukah kamu jadi pacar aku. That’s all i wanna say.

Dira
Tidak hanya satu, sekitar 50 surat singkat dengan ungkapan yang berbeda-beda, dengan kata-kata yang menyentuh, dengan cintanya yang seutuhnya, dengan segala ajakan yang pernah aku baca di novel-novel remaja. Hanya aku yang bodoh, tak pernah memeriksa lokerku, yang sibuk degan menunggu dan tak tau hatimu. Tidakkah aku bodoh?
Sekitar lima puluh surat, dan tak pernah kusadari keberadaanya selama ini. Satupun. Dan airmataku pecah membaca surat terakhir. Surat dengan kalimat yang lebih banyak dan lebih dalam.

Dear Nina..
Selamat hari valentine nin, kamu pasti capek banget. Acaranya bagus banget, romantis. Aku.. udah merenung seminggu lebih nin, ketika udah aku kumpulin seluruh keberanianku buat nyatain cinta, aku masih kurang berani. Jadi aku nyuruh aness buat kasi kamu coklat, kamu tau aness kan? Anak pak rere? Hehe. Jadi ku kira, ketika kamu terima coklat aku akan dateng dari ujung jalan taman berlutut dan nyatain cinta. Kukira itu yang paling romantis. Dan aku bodoh, aku yang bodoh. Gimana kamu bisa tau itu dari aku? Pasti kamu berfikir kalo anak sekecil aness mau bagi coklatnya sama kamu, dan jelas kamu nolak. Lucu ya nin.. aku pecundang.
Karena hari ini hari terakhir aku disni, ohh iya, aku pindah ke malay nin, orangtuaku harus nemenin omma yang mulai sakit-sakitan. Aku Cuma berani di surat nin, maaf. Aku suka kamu, senyum kamu, cerianya kamu, cara kamu yang lembut, sikap kamu yang sopan, dan hati kamu yang baik.
Aku masih inget kamu dateng ke ruang guru buat minta maaf waktu ibuk rika ngembek, padahal kamu ga tau apa-apa, kamu dimarah-marahin. Sendirian. Atau saat kamu mendengarkan cerita teman-temen ketika meraka punya masalah, senyum kamu teduh banget ketika itu. Jangan sakit nin, aku hampir gila waktu kamu sakit tifes karna kecapean dan aku terlalu malu buat jenguk. Jagan selalu mikirin orang lain, kamu harus mikirin diri kamu sendiri juga. Jangan nangis, jangan sendrian, jangan lupa makan, jangan nyelesaiin semua masalah sendiri. Minta tuh bantuan sama temen-temen kamu.
Jaga diri kamu baik-baik ya, aku sayang kamu. Mungkin kita ga ditakdirin buat sama-sama. Bukan! Karena aku yang terlalu pengecut buat ngomong langsung. Eh iya, kamu tau robby kan? Anak ipa 2, dia temen kumpul aku juga. Dia orang yang baik, kuat, dia bisa jangain kamu, hatinya tulus, dan dia jauh lebih berani daripada aku. Dia juga suka kamu, jadi nanti kalo dia nembak kamu, harus diterima ya.. harus ada orang di sisi kamu yang jagain kamu.
Aku sayang kamu, Nina.. terimaksih buat jadi cinta pertamaku. Aku harap suatu saat kita ketemu lagi, dan saat itu aku akan jadi lebih berani. Aku akan langsung lamar kamu! Hahahaa.. i love you ninaa.. selamat hari valentine.

                                                                                    Dira..
                                                                    Eh, aku punya beberapa koleksi foto kamu. Cantik..                                       

     Sebuah album foto manis disertakan di surat terakhir, penuh dengan coretan-coretan kata-kata manis, stiker lucu, dan kamu punya semua. Bahkan foto ketika kita MOS pertama kali. Ternyata kamu mencintaiku lebih dahulu, dan sudah selama itu. 
***
     Dan hari itu sudah berlalu lama sekali.. tiba-tiba aku tak sengaja mengingatmu, ketika seorang anak kecil berlari ke arahku memberikan balon gratis hari ini. Mungkin umurnya sama dengan aness pada saat itu.
     Rasanya aku ingin meminjam lorong waktu doraemon untuk kembali ke masa itu, tidak mengulangi kebodohanku. Kamu selalu punya tempat special di hatiku dir, sampe kapapun. Kita mungkin tidak ditakdirkan buat jadi satu, tapi mencintaimu sudah amat cukup. Terimaksih buat kenangan manis ini diraa.

                                                                                                            Sebagian adalah terjadi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar