Jumat, 14 Juni 2013

hingga mati rasa


Aku hapir lupa bagaimana senyum itu. Terletak disudut terindah dari bibirmu, wajamu akan sangat manis ketika tersenyum dan aku hampir lupa betapa indahnya itu. Perlahan sosokmu mulai pudar dalam benakku, dirimu yang hangat dan sapamu yang dapat membuat hariku indah. Aku lupa rasanya mencintai, hingga seperti orang bodoh berdiri ditepi jalan dan binggung ingin melakukan apa. Aku kira aku sudah memilih jalanku, dan ketika kusadari aku melupakan bagian penting dari itu.. jiwaku tak lagi setegar dulu, ragaku tak lagi kokoh bertahan dengan pendirian. Aku mulai kehilangan tujuanku, dan kau ataupun siapapun tidak datang untuk menuntunku.

Hidup itu seperti menonton sebuah drama yang panjang. Lalu kau hanya punya dua pilihan. Pertama melihat dan memahami satu persatu episode dengan sabar dan mendapatkan maksud dan tujuan daripada si pembuat drama, atau yang kedua membuat drama yang berlangsung panjang dan membosankan menjadi lebih singkat, mempercepat bagian-bagian yang hanya ingin kau saksikan saja. Menikmati setiap bagian yang ada hingga akhir atau menutup mata dan hanya melihat bagian yang menarik bagimu saja.

Aku rasa aku seperti itu, aku menutup mataku dan mencoba menciptakan hal-hal yang ingin aku lihat tetapi tidak semudah itu ketika remote control bukan padaku. Jadi dengan merintih dan terseok-seok merasakan bagian yang sakit. Aku tidak lagi peduli cermin ketika melihat keluar jendela lebih menyenangkan, atau menyembunyikan luka lebih baik daripada terlihat rendah. Tiba-tiba semua terasa semu, tidak ada lagi tempat bersandar, tidak ada lagi senyum ramah dan pengertian, tiada lagi cerita menarik yang penuh dengan tawa atau tanggis haru. Semu, hidup tapi diam. Diam tapi tak seharusnya terasa semu.

Aku mencoba mencari sosok dalam televisi, mencoba mencari dia yang sempurna tapi aku tak cukup yakin ketika memandang dirku dalam cermin dan hari berlalu seperti setiap harinya adalah mimpi indah yang suatu saat jadi nyata. Siapa dia? Apa yang dia lakukan hingga aku tak lagi merasa cerah seperti ketika dia ada dalam hariku? Kenapa dia, yang bahkan satu-satunya cerita aneh yang membuatku merasa begitu manis bahkan ketika hari itu mendung dan hujan? aku tau kau sudah terbang jauh dan tak kembali, tapi aku tidak juga berharap kau kembali. Hanya saja, aku rindu sosok sepertimu. Aku lupa mencintai sesorang itu manis seperti saat aku menunggu setiap hari hanya untuk melihatmu walau hanya satu detik. Dan entah kenapa, tak kutemukan dilembar hari yang lain bahkan saat aku beranjak dan dewasa.

Aku kosong, aku galau, aku kacau, aku semu, aku lelah, aku, aku dan aku. Saat itu ketika aku yang seperti itu bercerita kepadamu dan walau tak disambut dengan peluk hangat atau senyuman damai, aku bertahan karena hatiku sembuh, karena hatiku tidak terasa kosong, karena hatiku tidak kesepian dan se-sunyi ini. Aku hidup tapi sekan mati, hingga seakan ribuan tahun aku menjadi pengguni dunia yang ramai ini, dengan seorang diri. Hanya lelah ketika seharusnya hari penting manjadi hari yang indah, lalu berlalu seakan tak harus jadi hari apapun. Hanya sedih ketika tersenyum meminta sepasang mata hangat akan memperhatikan lalu memenuhi jiwa yang sepi. Itu yang ingin kukatakan, itu yang ingin ku katakan kau dengar.

Seseorang seperti mu? Perasaan indah itu? Kembalilah, menetap dan tinggalah disana. Karena kurasa, aku mulai mati rasa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar