Sabtu, 04 Oktober 2025

Pita Merah

 


Tuhan, aku cemburu

Aku marah dan merasa iri

Aku berusaha begitu keras

Aku tidak duduk dan menunggu

Aku merubah diriku dan mauku

Aku berdoa dan memohon kepadaMu

Hanya untuk di lihat dan di temukan

Untuk di gandeng dan di iringi

Namun aku tak pernah terlihat

Namun aku tak jua di temukan 

Hingga aku sungguh kehabisan sabar dan menjadi marah 

Mungkin teriakku kurang keras

Atau doaku kurang tulus hingga tak sampai pada pendengaranmu? 

Mungkin tangisku kurang deras?

Mungkin bujukanku tidak terlihat serius?

Atau mungkinkah aku tak pantas?

Tuhan, hari ini aku membeli sebuket bunga 

Terlalu indah hingga iriku memuncak

Bunga ini akan kuberikan untuk merayakan

Harusnya aku turut bahagia

Harusnya juga aku ikut merayakan

Namun sungguh aku merasa sedih dan tersudut 

Aku tidak membenci si penerima, 

Namun aku sungguh membenci diriku 

Pertanyaan berulang itu semakin membuatku sesak “Lalu kapan giliranku? Lalu kapan giliranku? Lalu kapan giliranku?”

Terus menerus hingga aku kehabisan nafas

Hingga aku ingin teriak dan menghilang bagai buih 

Hatiku bergetar Tuhan, namun ini bukan bahagia 

Perasaan lelah dan selalu kalah 

Perasaan menyebalkan bahwa menanti dan di lewati sungguh melelahkan

Perasaan sedih beribu kali lipat namun kutahan

Apakah aku kurang Tuhan? 

Kenapa rasanya kali ini aku benar-benar akan menyerah?.


04/10/2025  13.40

Sabtu, 13 September 2025

Emptiness

Di dunia yg ramai ini, sepi tidak lagi bernarasi di sudut ruang, kesepian tidak lagi berwujud awan hitam dan hujan lebat yang turun,

duduk di sudut restaurant dan makan sendirian, atau minum kopi dan menyibukan diri dengan mendengarkan musik lalu berkutik dengan gadget, 

tidak juga perasaan tertahan yang ketika mendengar lirik lagu menyentuh yang tiba-tiba menjebol tanggul airmata


Kesepian merangkak dengan pelan, perasaan aneh yang berwujud lebih beraneka ragam 


ia berubah menjadi satu di antara kerumunan suara gelak tawa yang ramai bersama


Ia menjadi warna megah lampu-lampu mewah di sepanjang jalan


Ia menjadi waktu yang tiba-tiba berhenti ketika menunggu lampu hijau di persimpangan traffic light


Ia menjadi lagu yang tidak lagi sendu tapi berteriak keras tegas menghabiskan energi


Ia menjadi makanan-makanan lezat tertata cantik dan beraneka ragam yang di telan paksa


Ia menjadi film-film seru yang ujung ceritanya sudah bisa di tebak


Ia menjadi kamar ternyaman dan kasur empuk yang siap memeluk dengan tidur yang panjang


Dan semua berubah menjadi kebencian pada kenyataan bahwa di dunia yang amat ramai dan amat menarik ini, ia merasa seorang diri


Ternyata kesepian tidak berwujud tiba-tiba menangis sambil berkendara,


Tidak juga dengan berdiri di bawah hujan untuk menyamarkan airmata,


Rasa sepi datang bahkan lebih tenang dan tidak bisa lagi di selesaikan dengan menangis, tapi di hadapkan dengan senyuman.


Kesepian, membuatmu merasa tidak dicintai, bahkan di tengah orang-orang yang peduli dan menyayangimu. 

13/09/25         23.49

Kamis, 07 Agustus 2025

Adhesi

Membenci bukanlah keahlianku, 

“Jujurlah dan aku akan terus maklum”

“Jujurlah dan akan aku maafkan apapun itu”

Kalimat yang sering orang terdekatku dengar dariku. 

Pertama kalinya dalam cerita milikku,

Aku menghapus yang sudah kutulis dalam kotak-ku

Aku menyayangimu, tapi aku harus memilih diriku sendiri 

Ketika pertama kali kutemukan kamu, kufikir kamu sendirian dan ingin digiring 

Tujuanku saat itu hanya menemani 

Apapun fikiranku saat itu, tentu saja tujuan kita tidak akan bertemu di titik yang sama 

Dan aku hanya ingin menemani,

Lalu tiba-tiba tujuan menjadi serakah 

Tiba-tiba perkataan orang-orang jadi penting

tiba-tiba asing adalah penyelesaian dari kalimat-kalimat yang tidak bisa di ungkapkan

Suara hati yang tak terucap jua tak terbaca oleh sikap

Dan maksud yang selalu saja berbalik dengan keadaan dan jalan fikiran yang harusnya sederhana, 

Apapun itu.. 

tidak ada yang salah 

Dan kita hanya manusia biasa

Hanya sepengal cerita yang suatu saat akan terdegar lucu jika di ulang dalam paragraf 

Hanya akan jadi ingatan dan tersenyum di sudut bibir nanti ketika tak sengaja berlalu lalang,

Silahkan melangkah lagi, teruskan apapun tujuan itu 

Aku juga harus melangkah lagi dan menyelesaikan tujuan-tujuanku yang lain

Mari menjadi asing dalam waktu yang lama 

Mari tidak saling mengenal lagi hingga saling menerima 

Aku tidak tau sampai kapan, tapi akan sangat lama jika itu aku 

Jangan datang lagi, kumohon jangan bicara apapun, jangan bercanda, jangan menjadi jahat, jangan pernah muncul lagi didepanku

Sekarang, 

sekelebatmupun tidak ingin aku kenali lagi sosoknya

Sekelebatmupun ingin aku hindari sebisa aku bersembunyi dari bayangnya 

Selamat merayakan dan aku tak akan ikut bertepuk tangan, 

Sekali lagi, membenci bukanlah keahlianku

Namun aku sangat mahir dengan ketidakpedulian.  


07/08/2025      23.07

Kamis, 31 Juli 2025

Hari paling sunyi

Kata mereka, nanti ada waktunya hal-hal yang mengingatkanku, sudah jadi biasa saja

Kata mereka, waktu akan memperpanjang jarak menghapus ingatan, dan pada suatu pagi hatimu akan menjadi biasa lagi

Pada pagi yang hening ini

Langit menjadi pilu, matahari enggan timbul 

Sel-sel otakku bekerja seperti tidak pada tempat yang seharusnya

Memaksakan kenangan-kenangan yang buruk muncul seperti hujan yang menetes di luar jendela

Dari tetesan air yang jatuh, 

Orang itu, tetap menjadi bagian istimewanya

Yang tidak kuinginkan, tidak kuizinkan

Tidak beralasan ini itu

Hanya saja indah, hanya saja kusukai sosoknya

Menetap dan seakan tidak mau bergeser 

Walaupun tak lagi menebar wangimu

Tak lagi riuh kubertanya berulang suaramu

Tak lagi tertunduk lesu menunggu di rengkuh 

Kenapa tetap istimewa?

Kudengar beberapa berbisik,

Katanya cerita ini, katanya cerita begitu

Ahhhh… berita bahagiamu sudah kemana-mana 

Tentu saja aku kalah, 

Sudah pasti tekapar dan melebam 

Namun; seakan tidak peduli rambu warna merah menyala 

Mencoba memupuk sedikit demi sedikit kemungkinan tolol dan berujung banjir di terpa airmata 

Kali ini, kata mereka tidak lagi kudengar 

Kali ini, aku yang menghentikan langkah

Kali ini, aku yang melarang tubuhku

Kali ini, wlupun pipiku masih terus basah karena tak bisa menggengammu

Aku akan berbalik arah; sungguh porsiku sudah usai dan habis masanya

Lalu..

Aku enggan berterimaksih 

Tidak juga ingin membara terbakar api 

seperti aku yang dulu-dulu sekali ketika pertama kali paham rasa ingin memiliki, 

Mengendap-edap pergi dan diam. 


31/07/2025           00.46

Jumat, 27 Juni 2025

Semicolon

 Katamu, membaca adalah hobimu bukan?

Coba jelaskan dari buku mana kamu belajar menyakiti hati orang lain? 

Katamu, kamu penuh dengan tidakan yang sudah di pikirkan jauh-jauh kan?

Pikiran mana yang membuatmu bertindak kejam tanpa ampun tuan? 

Apakah aku yang mengundang seorang tamu masuk ke dalam duniaku?

Apakah aku yang ingin seseorang berlalu lalang dalam ruang milikku?

Aku hanya menikmati ruang kosongku tuan,

Aku hanya menikmati hari-hari dengan hatiku dengan lubang yang besarnya

Aku hanya mengumpulkan sedikit demi sedikit pembenaran dan keyakinan, 

Allahku yang tentu saja baik, 

Aku kehilangan tuan, dan kamu tidak akan mengerti kehilanganku;

Lalu kamu mengetuk pintu,

Lalu kamu tiba-tiba masuk tanpa di persilahkan

Lalu kamu mengacak setiap bagian yang sudah kususun rapi satu per satu

Dan dengan bodohnya kupersilahkan, 

Katamu kamu tersesat?

Katamu kamu kehilangan arah?

Katamu kamu menyesal berjalan maju ke arah yang seharusnya tidak?

Katamu kamu seorang diri dan ingin di temani?

Katamu kamu ingin di rengkuh?

Lalu aku yang dengan senang hati menyambut tangan kesepian itu yang berakhir terlihat bodoh? 

Lalu kenapa aku yang terlihat bodoh tuan?

Lalu kenapa aku yang berakhir terlihat bodoh?

Bukankah harus ada awal dan akhir dalam setiap paragraf? 

Bukankah harus ada penjelasan untuk setiap tindakan?

Bukankah harusnya kamu meminta maaf sebelum pergi? Mengucapkan salam perpisahan atau berceloteh alasan konyol?

Atau Meminta izin dan membual dengan alasan apapun sebelum lari?;

Namun apapun alasanmu dan isi otakmu,

Bukankah harusnya kamu permisi?

Tanpa kalimat, tanpa aba-aba 

Yang seperti pengecut yang tiba-tiba melarikan diri? 

Jika kita putar balikan keadaanya,

Apa rasamu? Ketika riuh menjadi hening seketika

Yang tidak bisa ditemukan jawabanya di buku manapun?

Yang berkali-kali kucerca dengan pertanyaan kenapa dan di balas dengan sikap dingin?

Yang berkali-kali aku memohon untuk di berikan jawaban yang kau abaikan?

Ada apa dengan jiwamu tuan?

Apakah buku yang kau baca mengajarkamu begitu?

Apakah isi kepalamu memerintahkanmu bersikap begitu?

Lalu kenapa tidak kau pikirkan sakitku?

Lalu kenapa buku-bukumu tidak menuliskan akibatnya untukku?

Apakah aku memaksa? Apakah aku membebani? Apakah kau terganggu?

Apa salahku tuan? Kenapa denganku?

Paksaan mana yang ku lanjutkan padamu?

Sungguh kau menyebalkan tuan, 

Sungguh kau paling menyakiti,

Sungguh aku tak pernah habis pikir,

Hingga aku lelah mencari jawaban seorang diri;

Hingga habis tulusku mencari alasan

Hingga aku kapok tidak mau mengulang apapun lagi,

Selamat tuan, kamu sungguh hebat!

Lanjutkan perjalananmu seperti tidak ada yang terjadi, mungkin kamu memang terbiasa begitu. 


25/06/25   12.31