Jumat, 27 Juni 2025

Semicolon

 Katamu, membaca adalah hobimu bukan?

Coba jelaskan dari buku mana kamu belajar menyakiti hati orang lain? 

Katamu, kamu penuh dengan tidakan yang sudah di pikirkan jauh-jauh kan?

Pikiran mana yang membuatmu bertindak kejam tanpa ampun tuan? 

Apakah aku yang mengundang seorang tamu masuk ke dalam duniaku?

Apakah aku yang ingin seseorang berlalu lalang dalam ruang milikku?

Aku hanya menikmati ruang kosongku tuan,

Aku hanya menikmati hari-hari dengan hatiku dengan lubang yang besarnya

Aku hanya mengumpulkan sedikit demi sedikit pembenaran dan keyakinan, 

Allahku yang tentu saja baik, 

Aku kehilangan tuan, dan kamu tidak akan mengerti kehilanganku;

Lalu kamu mengetuk pintu,

Lalu kamu tiba-tiba masuk tanpa di persilahkan

Lalu kamu mengacak setiap bagian yang sudah kususun rapi satu per satu

Dan dengan bodohnya kupersilahkan, 

Katamu kamu tersesat?

Katamu kamu kehilangan arah?

Katamu kamu menyesal berjalan maju ke arah yang seharusnya tidak?

Katamu kamu seorang diri dan ingin di temani?

Katamu kamu ingin di rengkuh?

Lalu aku yang dengan senang hati menyambut tangan kesepian itu yang berakhir terlihat bodoh? 

Lalu kenapa aku yang terlihat bodoh tuan?

Lalu kenapa aku yang berakhir terlihat bodoh?

Bukankah harus ada awal dan akhir dalam setiap paragraf? 

Bukankah harus ada penjelasan untuk setiap tindakan?

Bukankah harusnya kamu meminta maaf sebelum pergi? Mengucapkan salam perpisahan atau berceloteh alasan konyol?

Atau Meminta izin dan membual dengan alasan apapun sebelum lari?;

Namun apapun alasanmu dan isi otakmu,

Bukankah harusnya kamu permisi?

Tanpa kalimat, tanpa aba-aba 

Yang seperti pengecut yang tiba-tiba melarikan diri? 

Jika kita putar balikan keadaanya,

Apa rasamu? Ketika riuh menjadi hening seketika

Yang tidak bisa ditemukan jawabanya di buku manapun?

Yang berkali-kali kucerca dengan pertanyaan kenapa dan di balas dengan sikap dingin?

Yang berkali-kali aku memohon untuk di berikan jawaban yang kau abaikan?

Ada apa dengan jiwamu tuan?

Apakah buku yang kau baca mengajarkamu begitu?

Apakah isi kepalamu memerintahkanmu bersikap begitu?

Lalu kenapa tidak kau pikirkan sakitku?

Lalu kenapa buku-bukumu tidak menuliskan akibatnya untukku?

Apakah aku memaksa? Apakah aku membebani? Apakah kau terganggu?

Apa salahku tuan? Kenapa denganku?

Paksaan mana yang ku lanjutkan padamu?

Sungguh kau menyebalkan tuan, 

Sungguh kau paling menyakiti,

Sungguh aku tak pernah habis pikir,

Hingga aku lelah mencari jawaban seorang diri;

Hingga habis tulusku mencari alasan

Hingga aku kapok tidak mau mengulang apapun lagi,

Selamat tuan, kamu sungguh hebat!

Lanjutkan perjalananmu seperti tidak ada yang terjadi, mungkin kamu memang terbiasa begitu. 


25/06/25   12.31

Minggu, 25 Mei 2025

Punggung anak asing itu

Tidak berusaha memperhatikan,

Namun kebiasaanku untuk kotak yang sudah kuberinama penting dan tulus, lalu sayang

Ialah merawat dan menjagaa

Terkadang kuberi pupuk, terkadang ia akan tumbuh seorang diri

Namun untuk seseorang yang bersikeras ingin menjadi asing ini

Biarlah dari bayang-bayangnya yang terus berlalu saja 

yang selalu tidak sengaja kutangkap

Apapun warna nya, dari kejauhan.. 

Kemarin ia bersemangat

Kemarin ia ceria

Kemarin ia merenung menatap kosong jendela besar di depannya yang bersinar terang itu

Kemarin ia terlihat lelah melawan isi otaknya sendiri

Kemarin ia mencoba menjadi pahlawan bagi orang-orang yang bahkan tidak peduli dengan kemenangan

Kemarin ia kuning kemerahan, redup dan diam

Kemarin kurasa dia menunggu sesuatu, dan apapun itu tentu saja tidak akan pernah jadi urusanku

Kemarin ia berlari bahagia di rerumputan lega mengumpulkan sedikit demi sedikit kemenangan hanya untuk tertidur pulas karena lelah 

Kemarin ia memamerkan bunga barunya seakan harapan baru datang di kehidupan tandus yang nantinya akan ia usir paksa lagi 

Kemarin ia dengan percaya diri terus melangkah maju dan terus 

Kemarin punggungnya terlihat sudah sangat asing,

Dan sekali lagi aku hanya akan terus berjalan pada porosku

Apapun keinginanmu, maka berjalanlah

tiba-tiba dan terus menerus 

Berjalan lurus dengan tanpa menoleh

Setengah berlari, semakin cepat bahkan tergesa-gesa 

Entah takut atau lalai

Entah bingung atau penuh pertimbangan

Apapun fikiran yang lewat di benak dan hatimu yang selalu berceloteh panjang dan berisik 

Atau terkadang tanpa suara sama sekali itu

Sungguh, 

Aku akan selalu jadi orang baik yang tersenyum mencoba memahami

Percayalah.. kau tidak perlu ragu karena aku orang yang baik

Bahkan cukup baik untuk segera menjadi diam di tempat ketika kudengar langkahmu sudah setengah berlari pergi

Percayalah, apapun yang menurut hati dan otak berisikmu itu adalah benar 

Akan aku setujui tanpa jeda sebuah keraguan 

Kenapa? 

Karena aku ingin kau memilih dirimu dan inginmu terlebih dahulu dari hasratku 

Karena aku akan selalu membela si bodoh ini dalam diam 

Karena apapun alasan yang membuatmu ingin pergi dengan tergesa-gesa dan lepas dariku itu,

Tidak akan kuhalangi langkahnya jika menjadi keinginanmu. 


25/05/2025  23.20

Senin, 19 Juni 2023

 “Jika senja mengalah pada malam, aku selalu kalah pada rindu”.


Aku yang tidak menemukan, atau aku yang selalu kembali kepada ingatan pudar  yang harusnya juga hilang seiring habis termakan waktu


Kadang, aku sungguh membenci hatiku sendiri. Kenapa engkau begitu lekat? Kenapa aku selalu ingat 

Saat sedihku datang, saat aku kesepian atau saat langit biru cantik membentang di depanku 


Aku penasaran kenapa engkau sehebat itu di hatiku, hingga aku bahkan tidak berani menerima yang siap untuk memelukku utuh 


Sungguh aku lelah, sungguh aku ingin menyerah, namun dalam sedihku dalam sepiku dan dalam riangku aku harap kau disana untukku, bersamaku


Si hati bodoh, yang juga kubenci 


Aku tidak akan kalah, 

Aku akan menang lihat saja

Kau akan berlalu lagi sedikit demi sedikit 

Aku akan bertahan memeluk yang lain erat. 


19/06/2023

Sabtu, 15 April 2023

Hari-hari setelahnya

Bagiku, yang memiliki lubang tepat di ulu hati setelah kehilangan paling besar

Hidup ini sungguh menarik

Belajar menjalani hari-hari penuh syukur 

Berjalan maju terus seperti tak kenal takut

Kadang aku beriuh ramai

Kadang aku menyudut basah oleh airmata

Memandang wajahku di cermin sehabis berkelompok tertawa berisik 

Apa yang kulakukan?

Harusnya hal-hal seperti ini sudah berlalu

Harusnya aku di titik sudah membangun sesuatu

Terkadang aku memendam amrah untuk diriku sendiri 

Ahh.. jangan ini jangan itu harusnya begitu harusnya begini

Tetapi, jika titik yang harusnya kubangun belum bisa kugapai bukankah aku harus menikmati saja perjalananku? 

Tidak buruk 

Hanya terkadang terasa sangat lambat

Aku sungguh takut nanti terhenti di tempat

Berjalan melintasi ruang-ruang yang sama

Baru kusadari ruang-ruang ini luas dan besar

Kukira dulu sempit dan kecil

ketika bepapasan ketika suara jeritan jadi nyaring 

Ketika marah semua orang bisa mendengar

Ketika menangis tidak ada tempat untuk bersembunyi 

Dalam beberapa nada, kukira aku sudah sumbang

Namun tak jua 

Walau dengan muak dan muak dan muak

Masih terus kunikmati

Menemukan titik baiklah di dalamnya

Mengunyah dan terus mengunyah 

Hingga aku sadar, ahh tidak buruk

Jika ia dalam fikirmu adalah baik

Maka jadilah ia baik

Jika ia dalam fikirmu adalah buruk 

maka jadilah ia buruk

Walau sekelilingmu di penuhi dengan label, sindiran dan angkuh

Tidak perlu jua menjadi tukang lebel, tukang menyindir dan tukang angkuh 

Tetaplak bertahan menjadi baik

Hingga muak dan muak dan muak


15/04/2023