Katamu, membaca adalah hobimu bukan?
Coba jelaskan dari buku mana kamu belajar menyakiti hati orang lain?
Katamu, kamu penuh dengan tidakan yang sudah di pikirkan jauh-jauh kan?
Pikiran mana yang membuatmu bertindak kejam tanpa ampun tuan?
Apakah aku yang mengundang seorang tamu masuk ke dalam duniaku?
Apakah aku yang ingin seseorang berlalu lalang dalam ruang milikku?
Aku hanya menikmati ruang kosongku tuan,
Aku hanya menikmati hari-hari dengan hatiku dengan lubang yang besarnya
Aku hanya mengumpulkan sedikit demi sedikit pembenaran dan keyakinan,
Allahku yang tentu saja baik,
Aku kehilangan tuan, dan kamu tidak akan mengerti kehilanganku;
Lalu kamu mengetuk pintu,
Lalu kamu tiba-tiba masuk tanpa di persilahkan
Lalu kamu mengacak setiap bagian yang sudah kususun rapi satu per satu
Dan dengan bodohnya kupersilahkan,
Katamu kamu tersesat?
Katamu kamu kehilangan arah?
Katamu kamu menyesal berjalan maju ke arah yang seharusnya tidak?
Katamu kamu seorang diri dan ingin di temani?
Katamu kamu ingin di rengkuh?
Lalu aku yang dengan senang hati menyambut tangan kesepian itu yang berakhir terlihat bodoh?
Lalu kenapa aku yang terlihat bodoh tuan?
Lalu kenapa aku yang berakhir terlihat bodoh?
Bukankah harus ada awal dan akhir dalam setiap paragraf?
Bukankah harus ada penjelasan untuk setiap tindakan?
Bukankah harusnya kamu meminta maaf sebelum pergi? Mengucapkan salam perpisahan atau berceloteh alasan konyol?
Atau Meminta izin dan membual dengan alasan apapun sebelum lari?;
Namun apapun alasanmu dan isi otakmu,
Bukankah harusnya kamu permisi?
Tanpa kalimat, tanpa aba-aba
Yang seperti pengecut yang tiba-tiba melarikan diri?
Jika kita putar balikan keadaanya,
Apa rasamu? Ketika riuh menjadi hening seketika
Yang tidak bisa ditemukan jawabanya di buku manapun?
Yang berkali-kali kucerca dengan pertanyaan kenapa dan di balas dengan sikap dingin?
Yang berkali-kali aku memohon untuk di berikan jawaban yang kau abaikan?
Ada apa dengan jiwamu tuan?
Apakah buku yang kau baca mengajarkamu begitu?
Apakah isi kepalamu memerintahkanmu bersikap begitu?
Lalu kenapa tidak kau pikirkan sakitku?
Lalu kenapa buku-bukumu tidak menuliskan akibatnya untukku?
Apakah aku memaksa? Apakah aku membebani? Apakah kau terganggu?
Apa salahku tuan? Kenapa denganku?
Paksaan mana yang ku lanjutkan padamu?
Sungguh kau menyebalkan tuan,
Sungguh kau paling menyakiti,
Sungguh aku tak pernah habis pikir,
Hingga aku lelah mencari jawaban seorang diri;
Hingga habis tulusku mencari alasan
Hingga aku kapok tidak mau mengulang apapun lagi,
Selamat tuan, kamu sungguh hebat!
Lanjutkan perjalananmu seperti tidak ada yang terjadi, mungkin kamu memang terbiasa begitu.
25/06/25 12.31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar