Selasa, 24 Maret 2015

What is freedom? (Part 2)

   "OMG!!" Teriakku didalam hati. Nick berdiri di sana, di balik pintu yang tertutup, mencoba sembunyi dan aku mematung dengan bodohnya. Nick berjalan melaluiku, masuk ke salah satu toilet dan menutup pintunya, dan hentakan pintu membuatku tersadar dan hendak lari. Tiba-tiba tangannya meraihku, menarikku masuk ke dalam toilet, BERDUA DENGAN SI NICK! nick menutup mulutku dengan tanganya yang penuh goresan dan darah. Terdengar suara guru yang memeriksa di luar toilet.
  "Siapa didalam?" Kata pak tarno satpam sekolah
   "..." kami saling diam, nick memandangku dan seolah saling mengerti
   "Zea pak disini, sakit perut!"
   "Iya neng, ati-ati entar d pukulin anak-anak badung!"
   Kami masih terdiam di sana, aku memandang dalam-dalam sepasang bola mata berwarna hitam pekat itu, bulat, bak mata anak bayi milik kakakku yang baru lahir, cantik sekali namun terasa sepi. Nick menarik tangannya pelan-pelan dari mulutku,
   "Liat apa lo!" Bentaknya.
   Aku hanya diam membisu, setelah keadaan cukup aman kami keluar dari sana, aku melihat pantulan diriku di cermin ada noda darah di sekitar bibirku dan cepat-cepat kubersihkan dengan air. Nick jatuh terduduk kelelahan, keringatnya membasahi sekujur tubuhnya. Pasti perih dengan luka-luka dan memar itu, pikirku dalam hati.
   Nick menunduk memedangi perutnya, baru terasa nyeri mungkin setelah puas membantai. Aku menunduk memberikan saputanganku, "sebenarnya aku sedang apa?" Pikirku dalam hati, namun hanya saja ini kulakukan tanpa fikir panjang, tanpa peduli resiko kena bentak lagi dan ternyata tidak. Nick meraih saputanganku, berdiri dan membersihkan noda darahnya di depan cermin lalu pergi berlalu begitu saja, seperti aku tak ada disana.
   Ada yang aneh, aku mematung lagi. Menikmati detak jantungku yang berdebar tak karu-karuan, merasa bahagia untuk sesuatu yang tak jelas, kurasa aku semakin gila saja terkena virus aneh milik nick mungkin. Aku keluar dari toilet setelah membersihkan peralatanku, berjalan dengan lunglai kembali ke kelas, di kelas mereka sibuk membicarakan "pembantaian" tadi.
   "Zea!" Fey menegurku, "dari mana aja lo? Ga liat adegan seru sih, mereka.." belum selesai fey bercerita aku berlalu meninggalkan fey kembali ke tempat dudukku
   "Jangan bilang lo ketemu salah satu dari mereka?" Kata fey tiba-tiba
   "Maksud lo apaan fey?"
   "Itu!" Menujuk ke arah baju seragamku yang ternoda bercak darah dibagian kerah.
   Lalu lamunanku kembali ke saat tadi, ketika nick memegangi tanganku dan satu tanganya lagi menutupi mulutku dan mata kami saling bertemu. Iya tanganya menyentuh kerah bajuku, dia mencoba bertopang padaku saat hampir jatuh, sepertinya sedikit sepoyongan.
   "Ze!! Malah melamun, itu kenapa?" Kata fey lagi
   "Enggak ah, entah kenapa aku lupa" dan aku berbohong yang bahkan tidak kumengerti kenapa
   Pelajaran usai, aku kembali ke rumah dengan perasaan aneh. Berkali-kali sepasang bola mata itu mondar-mandir difikiranku, ada yang salah dengan jantungku, setiap kali aku mengingat saat itu, detaknya akan semakin kencang dan tak beraturan. Aku berbaring di ranjangku, mencoba membangkanya lagi dan entah kenapa.. aku tidak membenci membayangkanya berulang-ulang.
   "Indah.." kata yang keluar dari mulutku tiba-tiba.
   Esok pagi di sekolah aku mencari sosok itu, nick. Dia tidak sekolah hari ini, sedikit sepi dan aku sedikit kecewa. Entah sejak kapan, tapi aku mulai ingin melihanya sesekali walau dari kejauhan. Pelajaran berlalu seperti biasa, aku pulang dengan wajah kusut. Fey bercerita tentang adam sepanjang hari dan aku hanya tersenyum selama itu juga. Entah kenapa aku hanya ingin berjalan sebentar, sembari mencari taxi ngangur yang lewat fikirku.
   Dengan fikiran yang kacau aku hanya berjalan menyusuri jalan, entah dimana aku sekarang. Aku duduk disebuah tempat halte bus kecil, melamun jauh memikirkan banyak hal. Kenapa fey bertahan dengan adam yang menyukai setiap perempuan, atau aku tidak mengerti kenapa buk rose suka sekali menyuruhku menyelesaikan seabrek soal matematika rumit atau... kenapa nick tidak masuk sekolah?
   "Tiiinnnn!!" Klakson mengagetkanku
   Seseorang duduk di atas motor besar berwarna hitam pekat itu sedang tertawa geli karena mengagetkanku, aku mendekat dan melihat wajahnya lebih jelas. "Siapa orang ini?" Fikirku dalam hati dan ketika kulihat lebih jelas, dia nick.
   "Ngapain lo bengong disana? Nunggu om-om?" Katanya
   "Eh! Mulutnya ga di kandangin, nunggu taxi gue"jawabku kesal
   "Nih taxi dateng!" Sembari menyerahkan helm padaku
   "Naik ginian?" Kataku yang dengan sekuat tenaga mencoba menyembunyikan rasa senangku
   "Ga mau? Taxi lama, ojek aja mayan kali. Tapi ga maksa..."
   "Mau kok mau!" Aku menyela sebelum nick berubah fikiran
   "Mayan kan hemat ongkos, hehhe" kataku lagi
   Dan aku disana, di balik punggung nick, menaiki motornya. Dan jantung ini kumat lagi, berdegup tidak karu-karuan, senang tanpa sebab, aaahhh.. aku sudah mulai gila. Perjalanan panjang yang hanya diisi dengan salin diam itu terasa singkat, tiba-tiba sepeda motor nick sudah sampai didepan rumah zea, zea turun dan melepaskan helm dan memberikannya ke nick. Lalu tiba-tiba zea sadar sesuatu
   "Gue belom bilang apa-apa soal alamat gue dan kita udah nyampe sini aja?" zea bertanya
  "Rumah gue di belokan depan, rumah kedua setelah belokan. Gue sering liat lo bawa-bawa kucing yang di paksa jadi anjing tiap minggu pagi, kesian sama tu kucing"
   "Di belokan sana? Kok gue gak tau?"
   "Anak rumahan yang taunya dirumah mau kenal siapa lagi kali? Lo keluar rumah seminggu sekali aja udah keajaiban banget" ledek nick
   "Gue limited edition kali, jadi ga boleh di umbar-umbar!" Zea membela diri
   "Iya kali limited d rumah aje" nick membalas, zea hanya diam
   "Nick!" Sembari mengambil helm dri tangan zea
   "Gue tau! Lu udah di kenal satu sekolah"
   "Bagus deh, gak ketinggalan banget lu jadi"
   Zea terseyum "zeaaa.." ketika zea memperkenalkan diri sepeda motor nick sudah berlalu melaju kencang.













Ketemu nick yg lari dsri guru2
Nick menarik zea bersembunyi
Zea membersikan noda darah di baju nick, saputangan zea
Nick marah,
Zea takut dan lari
Nick bolos sekolah
Saputangan di nick
Zea bertemu nick di acara kantor papa zea
Nick tampak tampan deng pakaian rapi,
Zea menyadari nick tampan, di toilet, di rumah nick
Zea mulai menyukai nick, memperhatikan nick
Nick tidak pernah memandang zea,
Nick dan zea berpapasan di kantin, zea sibuk dengan temna2nya
Nick mengembalikan saputangan zea,
Semua orang menatap zea penasaran
Semua orang penatap zea penasaran
Nick melempar saputangan itu ke lantai
Zea merasa sedih
Nick kembali, meraih saputangan zea dan pergi
Semua masih menatap zea

Zea bertemu nick di perjalanan pulang
Mobil zea mogok,
Nick memberikan tumapangan sepeda motornya kpd zea
Zea  gadis prtm yg naik motor nick selain ibu nick
Nick tau rumah zea, tanpa zea jelaskan
Zea semakin menyukai nick
Nick mengantar zea sampai depan rumah zea
Nick langsun pergi tanpa kata-kata
Zea menangis malam hari

Rabu, 18 Maret 2015

Hati

Aku hanya kembali ke sana, ke tempat pertama kali semua dimulai
Harus ada yang mengingatkanku,
Bahwa awal dari segala yang aku lakukan hari ini adalah esok adalah kebahagiaan..
Masih sama, tidak ada yang berubah
Pohon-pohon itu masih riuh bercerita, angin sepoi itu masih dengan hangat menyambut, dan gedung tua yang sekarang sudah cantik terenovasi masih tetap menyimpan sejuta kenangan..
Aku masih ingat kala itu
Ketika senyum dan tawa kecil dimulai dari debaran jantung,
Ketika sakit dan tanggis di awali dengan rasa suka yang mendalam,
Aku perlu semangat..
Esok akan jadi penentu atas segalanya,
Berenti atau aku akan terus berjalan dengan lantang,
Berhiaskan cantik dan membuat gambar kekal..
Aku hanya ingin dunia tau,
Aku siap!
Tidak masalah jika itu dia, dia atau dia
Tidak masalah jika aku akan menangis dalam diamku lagi,
Aku akan berbagi rasa itu,
Aku akan berbagi bahagia itu,
Bukankah hidup begitu?
Jika hari ini adalah dia dan dia,
Maka aku akan sekuat tenaga mencoba segalaku
Kita tidak akan pernah tau hasilnya bagaimana, hanya saja Allah selalu menyimpan rencananya yang luat biasa..
Dan aku harus dan akan selalu siap untuk itu..

                                     Karena rencananya selalu indah
                                       Lebih daripada rencana manusia

Rabu, 04 Maret 2015

What is freedom? (Part 1)

  Bolehkah saya ambil andil dari tatapan senduh dan kesepian itu? Bolehkah saya jadi bagian dari sisi lain yang membuat sorot itu berubah, menjadi lebih cerah seperti ketika kamu pukul, kamu hajar, kamu hancurkan semua yang tidak seharusnya?

  Saya merasa heran untuk itu. Apakah kamu merasa baik dengan melukai? Merasa bebas dengan menyakiti? Merasa hebat dengan ditakuti? Lalu kenapa tidak saya rasakan hebat itu, kuat itu, bebas itu. Kenapa hanya sorot sepi dan senduh minta tolong yang berteriak disana? Bukan bahagia?

  Bolehkah saya menaruh sebagian hati saya pada sosokmu? Yang terkadang membuat seluruh tubuh saya pilu dan ngilu tak berdaya. Jangan memandang saya balik, tidak perlu. Karena kamu akan bersikap lebih jagoan dan membuat semua orang disekitar saya tunduk, takut. Saya hanya ingin jadi tempat kamu berlindung. Satu-satunya orang yang tak perlu kamu buat ngeri, satu-satunya orang yang kata-katanya akan kamu turuti. Saya, akan mengajari kamu apa itu bahagia..

                                       ♥♡♥♡♥♡♥♡

  Seluruh sekolah gaduh lagi, semua murid-murid berlarian tak karu-karuan. Gaduh, ramai, berkumpul di setiap lantai yang menyorot langsung ke lapangan basket. Menyaksikan pembantaian! bahasa mereka.

  Nick dan geng nya berulah lagi, kali ini lawannya setara. Tidak menindas anak-anak dari devisi seni yang hanya tau bergulat dengan cat air dan kuas, tapi kakak-kakak bintang basket yang banyak dipuja-puja sejagat sekolah. Mereka sama kuat.

  Kami hanya menjadi penonton setia dari balik jendela kelas lantai dasar, tepat didepan lapangan basket tempat pembantaian dimulai. Maklum gadis-gadis seperti kami tak berdaya dengan perkelahian semacam ini, selain menonton dan sesekali teriak atau terisak histeris melihat darah yang berceceran, apalagi bisa kami?

  Belum dimulai. Kedua geng masih saling mentap, saling bicara dalam kolbu mungkin. Nick panas, kak rangga ketua geng basket masih selengek'n santai, maklum kakak kelas berbeda. Tidak lama nick mulai, dak yang lain menyusul, tibalah lapangan basket jadi adu pukul seperti di film-film. Tidak ada yang menolong, tidak ada yang berusaha melerai. Biasa.

  Semua guru dan para staf sedang rapat. Anak-anak yang hebat ini sudah hafal jadwal guru berlama-lama berkumpul membicarakan kemajuan materi sekolah. Tiga sampai empat jam cukup, membuat muka mereka babak belur, penuh darah dan berkhir dengan bolos jam pelajaran terakhir. Dan informasi yang guru dapatkan hanya mereka bolos sekolah.

  Kak rangga bukan anak ingusan, nick agak kualahan menghadapi rangga. Berkali-kali nick jatuh dan bangun lagi, rangga di pukul di pukul lagi, nick membalas lagi dan begitu seterusnya. Geng-nya juga, mereka seakan hewan yang berebut sesuatu, buas!

  Aku bosan menonton hal yang seperti ini, malas melihat darah mengotori baju putih mereka, ngilu tepatnya. Oh iya, aku Zea. Teman-temanku memanggilku begitu, kami anak SMA yang baru tau dengan dunia fana, kesimpulanku. Pertama kali aku melihat oerkelahian seperti ini, aku sempat masuk UKS sekolah, panik dan seluruh badanku lemas. Sekarang? Alhamdullilah sudah biasa, haha.

  Aku kelas dua SMA, si nick yang sibuk dengan tinjunya di sana juga di tingkat yang sama denganku, hanya saja kelas kami bersebelahan. IIA1, dan nick IIA2, lalu kak rangga di kelas IIIA2 dan geng mereka tidak pernah jadi sorotanku, tidak begitu penting, bukan berarti rangga dan nick menjadi sorotanku, hanya saja satu sekolah mengenal mereka.

  Ada yang kagum, ada yang ngeri, ada yang jijik, dan ada yang menghindari. Anak-anak nakal seperti nick dan rombongannya tidak,  bisa dikelompokkan menurutku, yang pasti semua takut padanya. Aku? Aku tidak peduli dengan hal-hal macam itu, hidupku cukup dengan duniaku dan gitarku, lalu aku akan bahagia. Hahah

  Kembali ke pembataian tadi, mereka masih sibuk di lapangan sana. Aku bosan, jadi aku memilih pegi ke kamar kecil, setidaknya mencuci muka, atau otakku mungkin. Sumpek! Sedangkan yang lain masih sibuk melihat piala dunia pembantaian, bahasaku.

  Aku berjalan luntang-lantung ke tolilet, tenagaku habis. Jam-jam segini paling enak tidur siang, di depan AC. Dengan sisa-sisa tenagaku akhirnya aku tiba di toilet perempuan lantai tiga, toilet ter-sepi dan ter-higienis yang kutahu. Tapi anak-anak lain jarang datang ke sini, banyak gossip-gossip tentang hantu yang katanya suka jahil di toilet ini. Menurutku, tidak ada apa-apa. Cukup baca doa kali, emang kalian ga punya Tuhan apa?

  Mencuci muka, merapikan baju, berkaca sana sini, sesekali selfie alay. Lebih baik daripada melihat darah berkali-kali berceceran di lapangan basket, membayangkannya saja aku pusing. Tapi ada yang aneh, tiba-tiba suasana sepi. Kemana anak-anak yang berteriak menyemangati bak menonton pertandingan bola dunia tadi? Apakah pembantaian sudah selesai? Sepertinya lebih cepat dari biasanya.

  "Ada yang salah" fikirku dalam hati,  "apa mungkin benar tentang gosip-gosip toilet disini? Atau sesuatu terjadi?". Sembari merapikan peralatan make-up sederhanaku dan berniat kembali ke kelas, namun saat aku berbalik dan melihat sosok itu. Semua peralatanku jatuh, kaca kecilku pecah.

  "OMG!!" teriakku dalam hati.
  Bersambung..