Jumat, 14 Agustus 2015

I really wants to falling in love


“vi kamu sama dia?” tanya mbak lara dengan kerutan-kerutan serius didahinya

“dia siapa” jawabku berpura-pura menjadi biasa. Lalu mbak lara menarik tanganku kasar, membuat matanya yang bulat melotot tepat beradu di depan mataku

“mbak serius, jangan melucu kamu!” bentak mbak lara kemudian, semua orang terdiam memandang kami berdua, ruangan yang dari-tadi riuh dengan suara-suara tawa dan banyolan tiba-tiba sunyi seketika. Aku melepaskan gengaman tangan mbak lara dan mencoba berlalu, namun mbak lara masih memandangku penuh amarah.

“apa salahnya dia? Dia baik, setidaknya padaku” tiba-tiba langkahku terhenti, sembari menunduk memandang ubin yang beratatkan keramik putih seperti membentuk awan-awan di langit, tiba-tiba aku teringat sesuatu..

Dia..

“semacam kehilangan daya atau rasa, semacam kehilangan sesuatu seperti candu, semacam berpasrah dan diam tak mau melakukan apapun. Aku menyerah untuk sesuatu yang bernamakan cinta”.

Pada kenyataanya seseorang yang kutunggu-tunggu tidak kunjung datang, pangeran di dongeng-dongeng kerjaan ataupun pria tampan di drama-drama modern. Semacam, aku mulai menutup setiap sudut yang harusnya masih menunggu. Lelah, dan seperti kehilangan daya.
Jika pada akhirnya aku harus berpijak di dunia yang luas ini seorang diri, tanpa hal-hal manis yang dimiliki semua orang, tanpa kecup hangat dari seseorang yang akan mendiamkanku kala aku menangis, atau seseorang yang akan menjadi alasanku tertawa dan melayang. Apakah hayati yang hanyalah hambaNya ini memiliki daya? Dan akupun seperti tak peduli dan tak ingin lagi.
Terkadang aku iri. Menjadi benci seorang diri, menjadi penjahat yang tak berkesudahan memaki, hingga aku lelah dan hanya diam menyadari. Aku bodoh.
Kenapa tak jalani saja hidupmu. Toh kamu bahagia, toh kamu masih bisa bernafas, toh tak ada yang merubah apapun. Kecuali kata-kata orang dari belakang, kecuali sudut mata orang-orang yang memandang, kecuali rasa sepi seakan mati, kecuali rasa bersalah atas sedih yang tak berkesudahan. Bukalah masalah besar, bisa kamu atasi, kamu akan terus bernafas tanpa semua itu.
Hampir tengah malam, ketika aku baru saja pulang dari lebur yang tak berkesudahan. Perawan tua, bos baru yang luarbiasa judes itu memeras tenagaku habis-habisan. Tak masalah, setidaknya aku sibuk. Yang kuingat malam itu aku hanya masuk kedalam lift seorang diri dan ketika lamunanku yang panjang berakhir, kulihat seorang pria manis yang tersenyum kepadaku, dia.. tersenyum kepadaku.
Dia tesernyum kepadaku, membuat mataku terhenti pada senyum nya yang manis, gigi nya yan tertata rapi dan putih itu, ahh.. mungkin ini yang disebut pria cantik.
“lantai delapan mbak!” katanya kemudian
“ah.. iya ayok ke lantai delapan” kataku terhentak, dan dia tertawa ringan
“bukan, ini lantai delapan mbak, mbak mau ke lantai delapan kan?”
“oh.. iya, iya” dan aku kembali tersadar, aku berjalan keluar lift dan masih memadang pria cantik itu tersenyum, dia bersama beberapa orang yang lain, dua diantaranya nampak ramah dan satu yang lain hanya diam menatap tajam padaku,mataku kembali melihat si pria cantik sebelum lift kembali tertutup. Dan kukira Tuhan mengirimkan sedikit kisah manis kedalam kehidupanku.
Keesokan harinya aku bertemu si pria cantik lagi, dan keesokan harinya dan keesokan harinya. Teddy, nama pria cantik yang beberapa bulan terakhir sering mampir ke apartemenku untuk sekedar minta makanan atau mengobrol. Teddy tetangga baruku, apartemen-nya berada satu lantai di atasku, kamar 302. teddy dan tiga orang temanya baru saja pindah dari jepang ke new york. Mereka adalah model iternasional untuk brand-brand papan atas, kuakui itu sedikit mengecewakan mengingat image model-model pria kebanyakan ‘gay’.
Teddy sangat ramah, sifatnya yang masih kekanakan membangun imagenya cukup kuat hingga di setiap penampilan baik majalah, fashion show, ataupun fashion model semua orang akan tertarik dengan gayanya yang chik.
Yang kedua adalah ji, kami semua memangil yong dengan sebutan ji. Seorang blasteran jepang dan amerika. Entah sebutan ji itu berasal darimna, atau siapakah nama ji sebenarnya, aku tidak pernah ingin tau  mengingat  Ji yang selalu terlihat maskulin, diam dan cool. Aku hanya beberpa kali mendengar ji tertawa atau tersenyum.
L adalah pria ketiga, pria berwajah oriental barat dengan sifat yang humoris. L sangat ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja, semua orang akan dengan mudah dekat dengan l.
Yang terkahir adalah hyun. Pria asli korea dengan wajah yang juga asli korea. Hyun pria romantis playboy yang dengan mudah bisa mengambil hari para gadis, hyun berhati lembut dan pengertian, mungkin itu yang membuat semua orang nyaman.
Beberapa bulan terakhir aku mulai mejalani hari-hariku dipenuhi dengan kehadiran mereka. Mereka mengikat kontrak dengan majalah fashion kami untuk sekitar dua tahun, dan entah sejak kapan, aku dan mereka ber-empat mulai menjadi teman baik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar