Senin, 13 Juli 2015

hallo! teman kecil..

Apakah kita masih berada di sana? Entah apakah kamu akan mengingat kala itu, ketika kita masih sangat polos bahkan untuk mengenal perbedaan, kala dimana yang kita ketahui dengan baik adalah mainan, kala dimana semua kebahagiaan hanya berasal dari hal-hal sederhana. Seperti berlarian saling mengejar, bermain boneka, dan menyusun puzzle.

Aku masih ingat kala itu, janji yang dibuat dua orang anak kecil yang bahkan belum mengenal mode dan style, janji sederhana bahwa seusai tahun berlalu kita akan bertemu lagi, akan berlarian dan mengejar matahari lagi. Kamu yang kekal diingatanku adalah kakak perempuan baik hati yang selalu adil, kakak perempuan yang berbeda beberapa tahun lebih tua dariku yang tidak pernah kusebut kakak, atau ayuk atau apapun itu. Kita adalah teman, dan kala itu kukira akan menjadi selamanya.

Beberapa waktu sebelum kamu pergi, kita hanya berbincang sederhana. Aku masih ingat sorot matamu polosmu kala itu, ucapanmu saat itu, “nana pergi Cuma sebentar, kalo nana pulang kita main lagi” dan aku selalu menunggu saat nana akan pulang, ia itu adalah namanya, teman kecilku yang tiba-tiba muncul kembali setelah betahun-tahun menjadi koleksi ingatanku yang bahagia. “kalo nana pergi, ica main sama siapa?” kataku menjawab dengan penuh penyesalan. “nana pasti pulang, terus kita main lagi”.

Entah mengapa aku selalu menunggu sosok anak perempuan teman bermainku untuk pulang, tahun pertama, tahun kedua, dan tahun-tahun setelahnya. Nana tidak pulang untuk waktu yang lama, dan aku beranjak dewasa, melupakan janji bahwa kami akan bertemu dan bermain bersama lagi.

Ketika waktu telah berlalu dengan cepat, dan waktu hampir menghapus semua kenangan, tiba-tiba sesuatu mengingatkanku. Stiker, yaa.. hal sederhana yang masih menempel di tempat yang sama ketika dulu kami sering bermain, tempat dimana nana berjanji akan pulang dan menemaniku bermain lagi. Stiker janji itu masih berada disana, dan tak lama kemudian memudar lalu menghilang. Apakah seiring dengan pergi dan mehilangnya semua kenagan dan janji? Mungkin iya, atau tidak.

Setelah hampir lima belas tahun dan aku tumbuh menjadi perempuan yang cukup dewasa untuk mengerti ‘hidup’. Nana tiba-tiba pulang, nana pulang. Ia tampak sama dengan tubuh yang lebih tinggi dan cantik, matanya yang bulat hitam, rambutnya yang sebahu, tubuhnya yang mungil, dan wajahnya yang tirus. Apakah nana masih menjadi nana yang dulu? Jawabanya tidak tau.

Nana kembali, namun dengan penampilan yang berbeda. Nana nampak lebih modis, lebih stylist, lebih cantik, dan lebih pendiam. Ketika pertama kali kami bertemu, nana bahkan tidak memberikan senyum ramahnya seperti dulu, hanya berlalu seakan memandangku asing. Apakah nana tidak mengenalku? Bahkan aku tak banyak berubah, hanya sedikit lebih dewasa.

Nana tidak lagi sama, dia berubah menjadi gadis yang berbeda. Nana hanya bergaul dengan anak-anak kelas pejabat atau pengusaha, hanya tersenyum kepada orang-orang cantik dengan penampilan yang modis dan stylist, nana tertawa dan bermain pada anak-anak berduit dan bergengsi. Nongkrong di restaurant-restaurant mewah, cafe-cafe elit, dan dengan barang-barang branded dari ujung kepala hingga kaki.
Kami tidak lagi saling bercerita layaknya sahabat baik, tidak lagi bermain dan tertawa bersama, tidak lagi berbagi snack atau bertukar stiker, waktu berlalu dan segalanya berubah. Bahwa hidup yang sekarang menuntumu untuk menjadi berkelas, bahwa hidup di zaman sekarang berlomba-lomba memperlihatkan setiap detil yang kamu miliki adalah nomor satu. Hidup yang sekarang mengharuskanmu untuk berteman, bermain dan berkawan pada tempat yang sama, kepada strata yang sesuai.

Apakah nana akan ingat ketika suatu hari jika kesempatan datang dan kitaa akan duduk bersama, membicarakan masalalu, bercerita masalalu? Apakah nana akan turut tersenyum dan bahagia ketika kuceritakan bahwa dulu kita menangis dan ketakutan bersama? Entahlah.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar