Sabtu, 14 Februari 2015

satu 1/2 bulan

jika kehidupan singkat ini hanya mencari kata akhir, maka jangan mencoba untuk mengerti dan membaca lebih dalam atas apa yang ada di sana. jika kehidupan singkat ini tidak bermakna, maka jangan mengharapkan kata bahagia terselip dalam setiap detiknya. 

tidak. saya tidak berbicara mengenai akhir dari duabulan yang singkat, pertemuan yang tak lama, pengenalan yang tidak keseluruhan atau pengalaman yang hanya hulu-hilir kesana kemari mengantar setumpuk dokumen untuk ditandatangani. 

mengeluh adalah paradikma wajar dari seorang remaja yang akan beranjak dewasa. lelah karena melakukan sesuatu yang baru ditemui adalah sebagai tanda wajar bahwa saya dan teman-teman saya masih normal sebagai seorang mahasiswa jurusan akuntansi diploma. mengenal bahwa dunia kerja adalah setiap hari bertemu dengan tuntutan kerja dan kerja, bertemu dan akrab dengan tumpukan dokumen tebal, bermain-main dengan angka dan alfabet-alfabet. dan menyadari bahwa, hal terindah adalah meminta uang jajan dari mama, tanpa harus melakukan sesuatu.

hari-hari biasa dan membosankan itu tetap menjadi hari yang wajar, saya mulai mengenal kertas sebagai sahabat karib, membaca data, menuliskannya, berfikir kerasa atas data tersebut dan tentu harus ada persetujuan yang berlebel khusus disana. akrab dengan bolpoin yang biasanya hanya seadanya digunakan menulis guratan-guratan tak jelas tak bermakna, menyalin beberapa lembar yang tertulis dipapan tulis kampus dan anekdot yang tidak jelas berarti apa. menyadari bahwa, ini tidak mudah. 

mereka melakukan yang harus mereka lakukan, mereka mengerjakan tugas sebanyak imbalan yang akan mereka dapatkan. cukup setimpal, kecuali fakta bahwa dirimu berlajar untuk hidup dengan berdiri dibawah kakimu sendiri. tidak lagi menuntut, tidak lagi meminta, tidak lagi butuh pembelaan. menjadi dewasa. 

namun ada yang salah disana, mereka ternyata tidak se-dewasa itu. mereka teratwa karena hal-hal sepele, mereka bergosip seperti layaknya anak SMA, mereka menuntut akan perubahan mode, mereka membentuk sesuatu yang disebut keakraban, menjadi dekat dan biasa dengan candaan yang lucu, kasar, dan bebas. mereka tidak menjadi patung kaku yang berdiri seakan orang lain tak ada disana. mereka menciptakan sesuatu seperti keluarga kedua. menjaga, bercanda, berbagi, dan saling melindungi.

mereka. ibu-ibu yang berusia rata-rata empat puluh tahunan lebih. 

yang saya kira bahwa menjadi dewasa adalah berarti hanya ada kamu dan duniamu sendiri. yang saya kira menjadi dewasa adalah kepentingamu dan kamu seorang diri, lalu itu salah. mereka seperti yang kamu lakukan sekarang. bergossip, bercerita, berbagi, bercanda, menjadi marah, berbagi masalah, dengan pemikiran yang dewasa, dengan tingkah yang tak lagi egois, dengan prilaku yang membuatmu tercengang sembari dalam hati berbicara "oh.. begitu". mereka hebat. 

karena ini belum menjadi akhir, maka saya tidak akan berhenti untuk akhir yang bahagia. karena ini belum menjadi penutup saya tidak akan berhenti berdoa untuk kisah-kisah yang luar biasa. seperti hari ini, seperti kemarin, seperti hari itu, mungkin seperti esok, lusa dan seterusnya. 

seorang dari sana berkata "lakukanlah apapun itu karena sekarang kamu adalah wanita muda yang baru mengenal dunia, lakukan apapun yang akan menjadi kisahmu yang pantas kamu ceritakan dihari-hari tuamu, dibagi kepada cucu-cucumu". 

katanya jangan takut dengan dunia ini yang kejih, katanya bahwa setiap doamu akan terkabul dengan caraNya, katanya bahwa anugrah terindah yang diberikan Allah adalah kita pernah menjadi remaja. yang menangis, yang berbuat salah, yang marah tanpa alasan, yang iri dengan pakaian bagus dan barang-barang mewah milik orang-orang eksis dan sempurna, yang merasakan cinta-cinta monyet yang tidak tersampaikan lalu menangis haru karena membaca novel-novel romance yang indah, yang menjadi cengeng bila melihat hari mendung dan hujan rintik, yang membandingkan milikmu dan milik orang yang menjadi kebiasaan, bertemu teman, mengenal sahabat, dan menjelajahi setiap sudut indah dunia ini. 

terhentak sejenak, diam dan menjadi malu lalu saya menyadari. menyerah bukanlah akhir... 
bahwa yang saya lihat, dengar dan rasakan selama ini, belumlah apa-apa.
bahwa saya ingin terus menunggu untuk datangnya hari esok, 
bertemu dengan orang-orang baru, 
mengenal lagi duni yang baru. 


                                                                                          terimakasih untuk satusetengah bulan
                                                                                                 untuk lebih mengenal dunia yang baru..












Tidak ada komentar:

Posting Komentar