Membenci bukanlah keahlianku,
“Jujurlah dan aku akan terus maklum”
“Jujurlah dan akan aku maafkan apapun itu”
Kalimat yang sering orang terdekatku dengar dariku.
Pertama kalinya dalam cerita milikku,
Aku menghapus yang sudah kutulis dalam kotak-ku
Aku menyayangimu, tapi aku harus memilih diriku sendiri
Ketika pertama kali kutemukan kamu, kufikir kamu sendirian dan ingin digiring
Tujuanku saat itu hanya menemani
Apapun fikiranku saat itu, tentu saja tujuan kita tidak akan bertemu di titik yang sama
Dan aku hanya ingin menemani,
Lalu tiba-tiba tujuan menjadi serakah
Tiba-tiba perkataan orang-orang jadi penting
tiba-tiba asing adalah penyelesaian dari kalimat-kalimat yang tidak bisa di ungkapkan
Suara hati yang tak terucap jua tak terbaca oleh sikap
Dan maksud yang selalu saja berbalik dengan keadaan dan jalan fikiran yang harusnya sederhana,
Apapun itu..
tidak ada yang salah
Dan kita hanya manusia biasa
Hanya sepengal cerita yang suatu saat akan terdegar lucu jika di ulang dalam paragraf
Hanya akan jadi ingatan dan tersenyum di sudut bibir nanti ketika tak sengaja berlalu lalang,
Silahkan melangkah lagi, teruskan apapun tujuan itu
Aku juga harus melangkah lagi dan menyelesaikan tujuan-tujuanku yang lain
Mari menjadi asing dalam waktu yang lama
Mari tidak saling mengenal lagi hingga saling menerima
Aku tidak tau sampai kapan, tapi akan sangat lama jika itu aku
Jangan datang lagi, kumohon jangan bicara apapun, jangan bercanda, jangan menjadi jahat, jangan pernah muncul lagi didepanku
Sekarang,
sekelebatmupun tidak ingin aku kenali lagi sosoknya
Sekelebatmupun ingin aku hindari sebisa aku bersembunyi dari bayangnya
Selamat merayakan dan aku tak akan ikut bertepuk tangan,
Sekali lagi, membenci bukanlah keahlianku
Namun aku sangat mahir dengan ketidakpedulian.
07/08/2025 23.07