Aku hapir lupa bagaimana senyum itu. Terletak disudut terindah dari
bibirmu, wajamu akan sangat manis ketika tersenyum dan aku hampir lupa betapa
indahnya itu. Perlahan sosokmu mulai pudar dalam benakku, dirimu yang hangat
dan sapamu yang dapat membuat hariku indah. Aku lupa rasanya mencintai, hingga
seperti orang bodoh berdiri ditepi jalan dan binggung ingin melakukan apa. Aku kira
aku sudah memilih jalanku, dan ketika kusadari aku melupakan bagian penting
dari itu.. jiwaku tak lagi setegar dulu, ragaku tak lagi kokoh bertahan dengan
pendirian. Aku mulai kehilangan tujuanku, dan kau ataupun siapapun tidak datang
untuk menuntunku.
Hidup itu seperti menonton sebuah drama yang panjang. Lalu kau hanya punya
dua pilihan. Pertama melihat dan memahami satu persatu episode dengan sabar dan
mendapatkan maksud dan tujuan daripada si pembuat drama, atau yang kedua
membuat drama yang berlangsung panjang dan membosankan menjadi lebih singkat,
mempercepat bagian-bagian yang hanya ingin kau saksikan saja. Menikmati setiap
bagian yang ada hingga akhir atau menutup mata dan hanya melihat bagian yang
menarik bagimu saja.
Aku rasa aku seperti itu, aku menutup mataku dan mencoba menciptakan
hal-hal yang ingin aku lihat tetapi tidak semudah itu ketika remote control
bukan padaku. Jadi dengan merintih dan terseok-seok merasakan bagian yang
sakit. Aku tidak lagi peduli cermin ketika melihat keluar jendela lebih
menyenangkan, atau menyembunyikan luka lebih baik daripada terlihat rendah. Tiba-tiba
semua terasa semu, tidak ada lagi tempat bersandar, tidak ada lagi senyum ramah
dan pengertian, tiada lagi cerita menarik yang penuh dengan tawa atau tanggis
haru. Semu, hidup tapi diam. Diam tapi tak seharusnya terasa semu.
Aku mencoba mencari sosok dalam televisi, mencoba mencari dia yang sempurna
tapi aku tak cukup yakin ketika memandang dirku dalam cermin dan hari berlalu
seperti setiap harinya adalah mimpi indah yang suatu saat jadi nyata. Siapa dia?
Apa yang dia lakukan hingga aku tak lagi merasa cerah seperti ketika dia ada
dalam hariku? Kenapa dia, yang bahkan satu-satunya cerita aneh yang membuatku
merasa begitu manis bahkan ketika hari itu mendung dan hujan? aku tau kau sudah
terbang jauh dan tak kembali, tapi aku tidak juga berharap kau kembali. Hanya saja,
aku rindu sosok sepertimu. Aku lupa mencintai sesorang itu manis seperti saat
aku menunggu setiap hari hanya untuk melihatmu walau hanya satu detik. Dan entah
kenapa, tak kutemukan dilembar hari yang lain bahkan saat aku beranjak dan
dewasa.
Aku kosong, aku galau, aku kacau, aku semu, aku lelah, aku, aku dan aku. Saat
itu ketika aku yang seperti itu bercerita kepadamu dan walau tak disambut
dengan peluk hangat atau senyuman damai, aku bertahan karena hatiku sembuh,
karena hatiku tidak terasa kosong, karena hatiku tidak kesepian dan se-sunyi
ini. Aku hidup tapi sekan mati, hingga seakan ribuan tahun aku menjadi pengguni
dunia yang ramai ini, dengan seorang diri. Hanya lelah ketika seharusnya hari
penting manjadi hari yang indah, lalu berlalu seakan tak harus jadi hari
apapun. Hanya sedih ketika tersenyum meminta sepasang mata hangat akan
memperhatikan lalu memenuhi jiwa yang sepi. Itu yang ingin kukatakan, itu yang
ingin ku katakan kau dengar.
Seseorang seperti mu? Perasaan indah itu? Kembalilah, menetap dan tinggalah
disana. Karena kurasa, aku mulai mati rasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar