Aku akan ada disetiap hela nafasmu, mengalir dan mengikuti detak jantungmu,
dengan lembut dan penuh cinta mengiringi harimu. Bukankah itu janjiku. Aku akan
hadir dalam setiap mimpi burukmu, memeluk, menenangkan, dan menunggu hingga kau
kembali dalam keindahan mimpi itu. Aku akan menunggu dengan sabar dan lebih
sabar ketika kau lagi lagi tidak memperdulikanku, bosan dengan semua yang
kulakukan untuk membuatmu tetap disisiku, walau aku lebih kesepian ataupun
lebih merasa luka daripadamu.
Aku bernafas.. merancang hari untuk sekarang, berimajinasi untuk esok. Aku merasakan,
tangis untuk hari ini dan senyum kecil untuk hari esok. Dan ketika hari-hari
mulai terasa sama dan mendatar, aku memberontak dalam hati kecil. Bertanya pada
setiap yang bernyawa, kenapa hidup ini terasa seakan berbeda padaku? Hanya
mengulang bagian yang sama, tak ada lembaran baru atau kisah luar biasa. Lalu ini
mulai terasa membosankan. Aku tak lagi bertahan disisimu. Melelahkan.
Aku bukanlah malaikat itu, naluriku tidak berkata iya untuk itu. Aku tak
lagi menunggu pagi untuk menyapamu, tak lagi menunggu kisah yang akan kau
ceritakan, tak lagi menunggu kau sambut dengan hatimu yang terbuka atau
senyummu yang hangat, tak lagi menurut atau berkata iya atas apapun maumu,
tidak lagi. Itu melelahkan.
Mencoba lebih keras dan lebih keras lagi ternyata tidak cukup. Menunggu dan
terus bersabar juga tidak akan merubah apapun. Memaksa dan seakan diam, juga
tak membuat situasi akan menjadi lebih indah. Dan ternyata cinta bukan tentang
bersama dan hanya menunggu datangnya cinta itu akan tumbuh. Itu bukan cinta,
itu hanya penantian bodoh yang semu.
Cara lain untuk membuat rasa itu usai adalah keluar dari sana. Memilih jalan
lain atau cara lain untuk bertahan dan terselamatkan. Dan ketika semua itu
dimulai lagi, indah pada awalnya sedikit berbeda pada pertama kalinya dan terlihat
baik setelah keluar dari lingkaran abu-abumu tidak juga membuat hidup ini
menjadi hidup. Dan itu terasa lebih melelahkan.
Lebih melelahkan dan jauh lebih kesepian daripada sebelumnya. Terasa seperti
berada di ruang kosong namun penuh dengan orang-orang yang bahagia namun tak
kukenal. Mungkin lebih baik jika aku kembali padamu, bertahan lagi hingga
setidaknya sepi itu tidak terlalu membunuh, tapi apapun yang terjadi aku tidak
ingin kembali lagi, kau sudah cukup menghancurkan segala rasa di sana.
Memandang layar bersuara, bergambar, bergerak, berekspresi dan punya
cerita, emosi tawa dan tangis, mungkin cukup mengusir rasa sepi dan lelah. Mencari
lagi dan lagi, namun keadaan tak juga membaik. Semua itu hanya bayangan nyata
dari cerita yang dirangkai dengan indah, membuat iri dan seakan jadi nyata pada
dunia yang kejam dan tak adil ini. Dan semua tak jua membantu, aku tetap
kesepian dan seakan mati.
Mencari dan mencari namun tak tau apa yang akan ditemukan. Meunggu dan
menunggu lalu tak mengerti untuk apa dan sesuatu apa yang ditunggu. Mencoba
mengerti dan diam dalam kesunyian. Apakah ini nyata? Akan menjadi selamanya? Kapan
berakhir? Bukankah tak ada yang lebih menyakitkan selain hidup tapi merasa tak
hidup. Hidup tapi mati.
Tuhan yang mendengar jerit kecil dari manusia tak tau diri ini.
Bolehkah aku meminta sentuhan kecil dari keajaibanMu....?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar