Aku lelah menunggumu percaya. Aku lelah menunggumu untuk ada. Aku lelah
menunggumu untuk berhenti sejenak dan melihat betapa aku berdiri sendiri. Seorang
diri. Aku lelah mencoba lagi dan lagi entah yang harus keberapa kali dan berapa
lagi untuk untuk menyakinkan. Aku lelah.
Taukah kau? Seberapa melelahkan aku menyakinkan diriku sendiri bahwa aku
bisa, bahwa aku harus bangun, bahwa ketika aku mencoba lagi akan kulakukan yang
terbaik. Tetapi lagi-lagi kau membuat segalanya terasa benar-benar melelahkan. Entah
berapa lama dan berapa kali harus mencoba dan menunggu.
Kukatakan pada hatiku. Kuat, kuat, kuat! Kamu bisa, hanya sedikit lagi, aku
tidak berhenti mencoba mengerti, ku pelajari lagi dan lagi lalu kau hanya
berkata kita akan mencoba lagi. Berapa lama? Haruskah seumur hidupku? Sampai masa
akan habis?
Jika kuinginkan, tak bisakah kau memberi. Jika aku menunggu, tidak bisakah
kau datang. Jika aku mencari, sekali saja temukan. Hanya satu kali. Jangan membuatku
lelah dan marah. Satu kali saja, bersikaplah selayaknya kau membelaku. Satu kali.
Jangan membuat aku selalu terlihat berbeda.
Karena aku seorang diri. Karena aku tak pernah seberuntung itu. Karena aku
tak punya siapa-siapa. Bisakah sesekali kau berpihak padaku dan lihat kau
disini. Apa yang membuatmu seakan merasa aku akan merengut segalanya? Hingga aku
bahkan tak boleh menyentuh apapun.
Apakah aku harus memulai dari awal lagi. Maju, mundur, ke kanan, ke kiri. Sampai
kapan? Hingga habis masa dan aku bosan? Hingga aku tak lagi menunggu? Atau sampai
yang lain mendahuluiku? Kenapa kau selalu membuatku begini lelah? Hingga aku
merasa benci saat melihatmu berkata seolah-olah manis di depan yang lain.
Haruskah aku memulai lagi? Pernahkah aku merasa selelah ini melainkan
ketika kau membuatku menjadi begini. Aku menyayangimu. Tanpa syarat, tanpa
alasan, tanpa kata tetapi. Apakah sesulit itu untukmu mengerti dan percaya
atasku? Apakah aku akan merengut segalanya?
Aku sudah cukup berbeda. Dan walau kutakan beribu kali atas hal bisa
untukmu itu, kau akan tetap menutup telingamu untuk mendengar bahkan peduli. Meski
kukatan seribu kali atas luka dan sakitku, bahkan kau tidak akan tergerak untuk
apapun. Berbedakah aku? Hingga kurasa kau begitu membenci akan sosokku. Haruskah
aku menghilang?
Aku tidak ingin membencimu. Tidak ingin lelah karenamu. Tidak ingin
menyerah dan menghindar lebih jauh. Aku mencoba diam dan menerima dan lebih
menyayangimu. Namun, semakin sulit ketika kau lagi-lagi meningalkanku seakan
tidak pernah ada sesuatu yang harus menjadi bagian dari milikmu.
Harus kuapakan hatiku yang terluka? Harus kuapakan lelahku yang selalu
membunuh? Harus kuapakan airmata dan luka yang selalu kau bahkan tidak tau
apalagi peduli..?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar