Kamis, 28 Agustus 2014

Ikatan, sebatas itu saja

Aku menghabiskan waktuku untuk membayangkan bahagianya menjadi ini dan itu, menjadi sempurna. Kata orang bahwa untuk menjadikanmu sempurna hal pertama yang kau harus lakukan adalah bahagia atas apapun milikmu dan tak kulakukan.

Aku tak ingin menjadi iri, telebih lagi ketika sesorang tampak bahagia dengan rasa sakit dan penyesalannya. Kenapa? Bagaimana? Mereka tampak menikmati menjadi seorang diri, menjadi terluka. Aku seperti ikan yang hampir mati karena kekurangan air yang pada kenyataannya dipenuhi dengan air. Kenapa? Bagaimana bisa?

Apakah bahagia menjadi dirimu? Melakukan kehendakmu, bahagia seorang diri, bebas seorang diri, menjadi apapun yang kau mau? Tidakkah kau berfikir untuk membahagiakan? Jika kau berhenti sejenak, hanya sejenak berfikirlah untuk sesuatu yang berbeda. Menjadi lebih dekat misalnya, berbagi bahagia misalnya, atau kasih sayang maka akan lebih baik.

Kau menjadi hebat seorang diri, kau menikmati dunia seorang diri, dan kau bahkan tidak peduli ketika semua menjerit akan sakit disekitarmu. Aku tidak mengaharapkan impian palsu, seperti mencintai dan kasih sayang yang lebih, namun dalam doaku kau selalu ambil bagian.. semoga dia bahagia, semoga aku juga bisa membuatnya bahagia, sesuatu seperti itu.

Hanya sesekali, bersikaplah manis. Berfikir membahagiakan, memberi, membagi bebasmu, membagi duniamu, perkenalkan aku pada duniamu hingga tak harus kau seorang diri yang bahagia. Hingga aku tak harus berteman seorang diri. Apakah kita adalah kita? Kurasa hanya ada kau.

Jika itu baik untukku, maka aku akan berdoa bahwa kau juga akan merasakannya. Jika itu bahagia buatku, maka aku berusaha dengan sangat suatu saat bisa membaginya. Dan kenapa kau tidak? Kenapa kau berbeda?

Jangan melakukan kesalahan, jangan jatuh, jangan menjadi terluka, jangan hancur berkeping-keping seperti orang lain, jangan sakit. Jika itu terjadi, maka segalanya akan musnah. Hatiku, harapku, percaya, segalanya. Lalu jangan dilakukan.

Kenapa kau bahkan tak bersuara, tak bernada? Hening seorang diri, dan selalu seorang diri. Harusnya kita berbagi, harusnya kita menjadi dekat, seperti yang lain atau seperti yang kau lakukan kepada orang lain. Kenapa denganku berbeda? Aku tak mengenal, bahkan kau tak mengajari hingga aku masih tetap di sini. Sini yang ini.

Alangkah baiknya jika aku bukan aku, jika kau bukan kau. Jika tidak ditakdirkan untuk disini, jika aku tak merasa begitu sepi. Tapi itu tidak terjadi, tapi kau disini dan aku juga begitu, setidaknya bukankah kita bisa berusaha membangun sesuatu seperti kasih sayang.

Harapan yang selalu mengambang dan hilang di udara itu, perlahan hanya hilang terbawa angin. Semakin jauh dan semakin lama, aku hanya menyadari satu hal. Aku tak diciptakan untuk mencerima rasa itu darimu, dari tempat ini.. hingga aku menyerah daripadanya. Dewi lestari berkata "aku percaya bahwa, manusia tercipta memang dirancang untuk terluka".

                               Aku hanya bisa menatap punggungmu ketika kau pergi,
                                                   Berharap kau bahagia dan cepat kembali..
                                               Kita hanya memiliki ikatan, sebatas itu saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar