Haruskah aku menyatakan lagi dan lagi sepiku? Menyatakan menyerah dan
mengibarkan bendera putih pada sang waktu? Membunuh detik demi detik dengan
harapan dan kayang-kayang tak berarah dan bertuan..
Hidup yang tak berjiwa, nafas yang tak punya arti dan bahkan hati yang
tidak bisa kau mengerti keinginananya..
Sepiku.. akankah engkau mengerti? Engkau hanya merasa terusik dengan
keluhan yang lagi dan lagi.
Aku tak bisa bangun sendiri, aku ingin kedua tangan yang membantuku
untuk bangkit, namun..
Bagaimana rasanya ketika hatimu menyimpan cerita lain yang bahkan tak
bisa kau ketahui?
Pagi ini udara
lembab dan dingin sehabis hujan, se-cangkir kopi hangat dan lagu sendu
mengingatkanku akan masalalu. Tiba-tiba aku rindu pada sosokmu yang sempurna,
tiba-tiba aku ingin dipeluk dengan kedua lengamu yang besar dan hangat,
tiba-tiba aku ingin mendengar omelan mengenai pakaian yang tertutup dan
sebagainya.
Apa
kabarmu dey? Masikah kamu menungguku? Jika saat ini kukatakan aku sudah
menemukan jawaban atas hatiku, apakah kau masih mau memelukku dengan segenap
hatimu itu?.
(flashback)
26
month ago
Daren
atau dey, adalah pacar yang sempurna. Ketika aku pertama kali mengenal dey, ia
memandangku dengan tatapannya yang hangat dan senyum yang manis. Harus kuakui,
dey adalah obat dari segala penyakit hati dan luka. Hanya tiba-tiba ia hadir
dan sedikit demi sedikit menghapus luka dan aimataku, mengantinya dengan tawa
yang paling indah.
Dey
membuat siapa saja yang berada didekatnya merasa nyaman, merasa akrab, suasana
yang yang kaku akan hilang berganti tawa ketika dey ada. Dia segalanya.
Tak
lama setelah aku mengenal dey, kami menjadi sangat dekat. Ia suka bercerita
hal-hal aneh, lucu dan bermakna kepadaku. Dey mengajariku hal-hal baru, seperti
berjalan disepanjang jalan yang penuh dengan makanan kaki lima, membantu para
pengamen cilik mendapatkan lebih banyak receh dengan ikut bernyanyi, atau hanya
berjalan-jalan di taman melihat orang-orang yang mencoba mencari sesuap nasi
dengan pekerjaan menghibur. Dey membuka mataku lebar-lebar, bahwa hidupku lebih
baik dari siapapun dan aku tak harus sendirian didalam lubang hitam tak
berujung.
Tepatnya
enam bulan setelah aku dan dey berkenalan dan menjadi dekat, dey menyatakan
cintanya kepadaku. Didepan semua orang, keluarga dey, teman-teman,
sahabat-sahabat kami, semua. Rangkaian bunga mawar cantik, balon-balon
putih-merah muda, cincin terindah yang pernah kulihat. Dey memberikan segalanya
untukku.
Ia..
dey memberikan segalanya untukku. Cintanya, hatinya, waktunya, perlindunganya,
senyumannya, segalanya.. dan aku sangat bahagia. Tidak ada satu haripun yang
kulewati tanpa dey, ia obat atas segala perihku selama ini, dey seperti udara
saat aku ingin bernafas.
Aku
ingat, ketika kami pergi berkencan berdua, atau ketika kami makan malam berdua,
dey selalu memandang mataku dalam-dalam, kedua bola mata dey yang hitam pekat,
dan senyumnya yang hangat “nay.. do you
love me?” selalu begitu. Dan aku akan selalu menjawab dengan senyuman manis
sembari kecupan kecil di pipi dan kening dey.
Suatu
ketika dey merasa sangat hancur, proposal taman hiburan yang ia rancang
sedemikian rupa ditolak. impian yang ia rancang dengan segenap kekuatanya,
ternyata hanya menjadi bualan belaka. Hubungan dekat dengan investor
mengalahkan segala prestasi dan kerja keras. Dey murka. Ia jatuh dan
tersungkur.
Ketika
aku mengunjungi dey ke apartmen-nya, dey terlihat sangat buruk. Ia hanya duduk
disudut jendela dan menatap kosong. Maket hancur berserakan dimana-mana, kertas
proposal robek menjadi serpihan-serpihan kecil.
Aku
menghampiri dey dan memeluknya erat. Dey menangis dipelukanku untuk yang
pertama kalinya. Tiba-tiba dey berkata lagi “nay..
do you love me?” aku tersenyum dan memeluk dey lebih erat. Dey melepaskan
pelukanku, mengengam kedua lenganku, memandang mataku dengan pekat dan marah “nay! Do you love me!” aku memandang dey
dengan hampa, apa yang diinginkan lelaki ini? Kenapa dia begini, aku berfikir
keras unutk sebuah jawaban yang bahkan diriku sendiri tidak mengerti.
“do you love me nay? Say that you love me!
And i will be alright.. saya akan bangun lagi nay, saya akan coba dengan
segala yang saya punya sekali lagi, meski harus berulang kali, akan saya
lakukan lagi, but please, say that you love
me..” jelas dey kemudian.
“i can’t breathe without you dey” kataku
kemudian. Aku memeluk dey kemudian, dey menghela nafas. Apakah ia kecewa?
Bahkan ketik kukatakan bahwa ia adalah seluruh nafasku?.
Tiga bulan
setelah itu, dey bangkit kembali. Ia memulai impian-nya lagi. Dey berusaha
lebih keras dari sebelumya. Tak lama kemudian dey memenangkan sebuah tender
besar. Proyek dey kali ini adalah villa dan mall. Dey menjadi sangat sibuk,
kami hanya berbincang melalui telephone
dan memandang melalu social media. Dey
kembali dengan sinar yang lebih terang.
Kurasa aku
mulai merindukan dey, sekitar enambulan dey sibuk dengan urusanya, ia
berpergian dari kota ke kota bahkan ke negara-negara tetangga. Dey luarbiasa.
Meskipun begitu, dey tidak pernah berhenti berhubungan denganku, dey selalu
menghubungiku.“i love nay..” selalu
ia ucapkan diakhir pembicaraan kami.
Bulan
ke-tujuh setelah dey pegi, tepatnya bulan januari. Aku terbang ke Bali,
kudengar proyek dey berhasil, dan mereka akan merayakannya di Bali. Aku tidak
menghubungi dey hari itu. Ini akan menjadi kejutan kecil fikirku. Setelah
seharian aku memasak dan menunggu di kamar villa dey, dey akhirnya pualang.
Aku
bersembunyi di balik tirai besar dengan membawa red velvet buatanku. Aku menunggu di balik tirai, dey dan
teman-temanya masuk. Dey mabuk. Dey berjalan sempoyongan dibantu dengan
teman-temanya. Selama ini aku tidak pernah tau bahwa dey minum, atau mabuk, aku
hanya sedikit merasa terkejut. Ketika aku ingin keluar dari tirai dan berteriak
“surpice!”
“say that you love me” kudengar suara
dey yang tebata-bata karena mabuk.
“you know ram, saya ga yakin nayla cinta
sama saya.. dia ga pernah bilang i love
you buat saya” kata dey lagi. Aku kembali bersembunyi di balik tirai,
mendengarkan.
“mungkin
cinta ga harus diomongin tuan mabok” kata rama salah satu teman dey
“saya
cinta sama dia ram, saya kasih semuanya. Hati, waktu, fikiran, semua buat dia.
Saya cinta sama dia ram.. tapi hari demi hari saya sama dia, saya kayak sadar
sama satu hal. Saya Cuma seorang diri dengan cinta yang gede banget, saya Cuma
jadi pemeran utama yang ga punya lawan atau jalan cerita. Nay butuh saya, Cuma
karena nay ga mau sendiri..” tiba-tiba hatiku nyeri. Aku ingin marah namun
disisi lain aku merasa dey benar.
“nay
satu-satunya buat saya ram, tapi entah kenapa saya merasa nayla selalu mencari
dan mencari sesuatu yang lain, yang mungkin bukan saya, atau saya ga ada
didalamnya”
“jadi
kamu mau lepasin nayla dey?” tanya rama kemudian
“saya
ga bisa hidup tanpa dia ram, ga bisa. Meskipun saya harus cinta sendirian
selamanya, meskipun saya harus beribu dan berjuta kali bilang cinta dan nay
enggak, saya ga bisa biarin nay pergi ram” dey tertidur karena mabuknya, dan
mataku berkaca-kaca. Aku teduduk dibalik tirai, ia.. dey benar. Kurasa itu aku.
Rama
membawa dey kekamar, entah sejak kapan rama sadar bahwa aku berada dibalik
tirai. Rama membuka tirai dan menemukanku yang menangis sembari memegang kue. Rama
mengajakku duduk bicara berdua.
“jadi..
kisah cintanya sebelah tangan?” tanya rama kemudian
“mungkin
gitu ram, mungkin dey bener. Saya ga pernah cinta sama dey ram. Saya jahat. Saya...
perlu waktu buat berfikir ulang” jawabku
“dey
bener nay, kita semua bisa liat itu. Dey yang mencintai kamu dengan semua yang
dia punya dan kamu yang hanya mempertahankan dia karena takut akan sepi. Dey
bukan boneka pengibur nay” jelas rama lagi.
Airmataku
mengalir, kata orang “ketika dirimu tidak
bisa memberikan jawaban, maka rasa sakit yang akan menjadi jawaban” ia.
Perih di hatiku mewakili segalanya, dey benar, rama juga. Aku hanya sibuk
berlarian mencari perlindungan atas sepiku, aku juga hanya terus memanfaatkan
dey agar selalu berada didekatku. Aku jahat.
Dey
terbangun di pagi hari, ia kaget melihatku sibuk mempersiapkan sarapan didapur.
“nay!” teriak dey, aku berbalik dan tersenyum manis, dey memelukku erat. Wajah
dey sembab, ia kelihatan tidak begitu sehat. Dey tak berhenti memelukku, aku
merasa lirih dalam hati.
Dey
sangat bersemangat hari itu, ia tersenyum sepanjang hari. Ketika kami makan
malam berdua, dey bilang ia akhirnya mengerti, bahwa aku mencintai dirinya
dengan cara yang berbeda, itulah kenapa aku datang untuk mengujunginya ke Bali.
Aku hanya tersenyum, tidak ingin merusak kebahagiaan dey.
Malam
ketigaku di Bali, dey mengundang teman-temannya makan malam bersama, dey sangat
bersemangat saat itu. Ketika malam semakin larut, ketika kami juga larut dalam
alunan lagu yang sendu dan suasana dingin malam, tiba-tiba dey belutut
dihadapanku, dey mengengam sebuah kotak kecil berbentuk hati, lalu membukanya “will you marry me nay..?” pinta dey
kemudian.
Aku
terdiam, memandang kedua bola mata dey dalam-dalam. Teman-teman dey yang tadinya menikmati malam tampak membeku,
menunggu jawabanku. Dey tampak mengerti dengan sikapku yang diam, rama mengajak
semua teman-teman dey yang lainnya untuk masuk dan berkaraoke. Dey masih
berlutut di hadapanku, lalu dengan segera memasangkan cincin yang berada
dikotak tadi ke jari tangaku. Mataku mulai berair, dey mengerti.
“come on dey, saya ga..” tiba-tiba dey
menutup mulutku dengan tanganya
“kita
bisa mulai dari sini nay, cinta bisa tumbuh, semua orang jaman dahulu nikah
tanpa cinta dan mereka bahagia”
“kita
ga hidup di jaman dahulu dey..” kataku kemudian
“kita
memang ga hidup di jaman dahulu nay, tapi kita bisa coba lagi. Saya ga masalah
dengan apapun nay. Asalahkan itu kamu” jawab dey
“tapi
saya ga bisa dey, saya nyakitin kamu lagi dan lagi, kamu..” dey menyelaku lagi
“saya
ga apa-apa nay! Kamu sudah lebih dari cukup!” bentak dey
“saya
yang ga bisa dey, kamu mau saya berubah jadi monster jahat? Kamu layak dapet
yang lebih baik dari saya, yang mencintai kamu, yang kasi hatinya buat kamu,
dan dia mungkin bukan saya. Kamu akan bahagia dey” jawabku sembari meraih pipi
dey.
“apa
yang kamu cari nay? Apa? Siapa?”
“saya
ga tau dey, saya hanya masih terus
mencari, saya Cuma masih terus menunggu, ga tau untuk siapa, dan ga tau kenapa,
dan saya terlalu jahat buat kamu selalu disamping saya dengan perasaan yang
kayak gitu. Kamu layak untuk bahagia dey”.
Lalu
aku pegi meninggalkan dey disana, aku kembali ke Jakarta. Kudengar dey lebih
sering minum-minum, beberapa kali rama mencoba menghubungiku namun aku tak
pernah menjawabnya. Dey bisa belajar tanpaku.
Dua
bulan berlalu setelah hari itu, kudengar dey masuk rumah sakit. Ada masalah
dengan lambungnya karena kebiasaan barunya minum-minuman keras. Hari itu, aku
datang menjenguk dey. Dey sedang tertidur ketika aku masuk ke ruang rawat
inapnya. Dey nampak lebih kurus, ia terlihat benar-benar sakit.
Aku
mendekati dey, memegang erat tanganya dan dey terbangun. Ia tersenyum
melihatku.
“kamu
datang nay, saya tau kamu pasti dateng..” kata dey dengan perlahan
Aku
tersenyum “jangan sakiti diri kamu dey, atau saya akan lebih jauh” jawabku.
“kamu
sudah merengut segalanya nay, kamu..”
“kalogitu
janji sama saya kamu akan bangkit lagi” kataku
“ada
hadiah seusai janjinya selesai?” pinta dey
“aku
ga tau dey..” dey mengengam tanganku erat, hatiku sakit melihatnya yang
terlihat menderita, dey telihat sangat sakit.
“ayo
kita buat perjanjian dey..” kataku lagi, dey memandang mataku dengan sedikit
pancaran sinar dari matanya
“kamu
akan kembali ke aku?” kata dey kemuadian
“deeeey!
Ayolah jangan gitu” jawabku dan dey terkekeh. “biarin aku temuin dulu apa yang
kucari, biarin aku tau dulu hatiku akan kemana, kenapa, biarin aku pastiin
apakah kita akan jadi cinta atau bagimana, lepasin aku dey” wajah dey tampak
sedih mendengar itu.
“setelah
aku yakin dengan hatiku, setelah aku yakin atas segalanya, dan kamu masih
menunggu buat aku, ayo kita mulai lagi dari awal”. Dey tersenyum
“aku
akan nunggu kamu nay” kata dey
“dan
itu mungkin ga sebentar dey, kamu boleh menyerah kapanpun. Ketika kamu
menemukan seseorang yang bisa buat kamu jatuh cinta dan bahagia sama kamu dan
yang juga kasi cintanya seutuhnya juga sama kamu. Kamu boleh menyerah kapanpun”.
(flashback selesai)
Lebih
dari dua tahun berlalu sejak saat itu. Aku sudah cukup berkeliling dunia
menikmati pekerjaanku, aku belum bisa menemukan apa yang sebenarnya kucari
hingga pada akhirnya aku menyadari bahwa aku hanya perlu tinggal dan menjadi
bahagia. Begitu banyak yang berubah, aku tak lagi meronta dan menjerit mejalani
hidup, aku lebih banyak tersenyum dan bersyukur, dan duniapun tersenyum dan
memberikanku lebih. Aku bahagia dey.
Dua
tahun lebih telah berlalu, terakhir yang kuketahui dey kembali mewujudkan
mimpinya, dengan proyek yang lebih besar, dengan kesuksesan yang lebih besar
pula. Tidak ada yang kutahu lebih dari itu mengenai dey. Aku berharap bahwa ia
akan hidup dengan bahagia. Lalu apakah kami akan bertemu lagi? Aku tidak tau,
dan... aku menemukan sesuatu ketika aku berada di Bali beberapa bulan lalu.
Aku
bertemu lagi dengan rama, kami hanya mengobrol beberapa saat. Rama yang
memberitahuku bahwa dey mengejar mimpinya lagi. Lalu rama bercerita mengenai
masalalu, waktu itu ketika aku bersembunyi di balik tirai dan menangis, dey
tahu segalanya. Dey tidak benar-benar tidur, dey mendengarkan aku dan rama
berbicara. Dan alasan kenapa dey masih melamarku bahkan ketika ia sudah tau
bahwa aku tidak pernah mencintainya adalah cinta. Itulah deyku.
Setidaknya
aku berlajar satu hal lagi dari dey, ia bahkan masih mencintaiku bahkan ketika
aku sudah dengan sangat jahat membiarkan ia sendirian. Aku menyadari satu hal,
satu-satunya hal, yang ingin kulakukan sekarang adalah bertemu dengan dey, lalu
mengatakan “dey.. i’m falling in love
with you”. Namun happy ending tidak begitu mudah dibentuk, tidak ada yang
tau dimana dey sekarang, pekerjaannya membuat ia berpergian ke banyak tempat,
dan tidak ada yang tau apakah dey masih menungguku atau ia sudah menemukan
kebahagiaanya sendiri.
Dan...
Tuhan memberika teguran-Nya kepadaku. Aku dan beberapa teman dekatku berjanji
akan makan malam bersama, bahkan sekarang aku memiliki teman dekat. Namun pekerjaanku memaksaku harus terlambat.
Ketika memasuki restaurant aku berlari tergesa-gesa hingga tak sengaja menabrak
anak perempuan hingga ia jatuh dan menangis keras. Aku panik, aku tak berhasil
mendiamkan-nya dengan sogokan permen atau eskrim, anak perempuan itu terus
menangis, lalu tiba-tiba seorang pemuda datang dan mengendong anak perempuan
itu dan membawanya pergi. Dia dey.
Mungkin
dey sudah menemukan kebahagiaanya sendiri. Anak perempuan itu sangat mirip
dengan dey. Bahkan anak perempuan itu memanggil dey dengan sebutan “daddy”.
Hatiku hancur, dan aku tidak bisa marah, tidak boleh marah. Dey nampak bahagia
dan itu hukumanku karena pernah membuat dey begitu terluka.
Seusai
makan malam kami, aku akan pulang dan menunggu taxi di depan restaurant.
Seseorang menarik tanganku, iya.. dey.
“apa
kabar nay?” tanya dey dengan lembut
“baik.
Sangat baik.. kamu baik-baik aja dey?” tanyaku lagi
“hmm..
iya. Kamu berubah banyak nay, saya sempet linglung, kamu makin cantik” puji
dey, dan aku hanya tersenyum.
“selamat
dey, dia cantik banget kamu pasti bahagia..” kataku lagi
“siapa?”
tanya dey
“anak
perempuan kamu. Aku minta maaf, tadi aku buru-buru dan ga liat jalan” lalu dey
tiba-tiba tertawa.
“alika
namanya, iya dia cantik banget kan? Mirip sekali denganku ya?” Kata dey
Aku
merasa kecewa dan hanya diam “sekali lagi selamat dey” kataku sembari pergi dan
membuka pintu taxi.
Dey
memegang tanganku dan berbisik di telingaku “anak mbak lara dan mas robby.
Masih ingat mereka kan? Alika keponakanku, dan aku masih nunggu kamu nay”. Aku
tersenyum, “ga jadi pak” sembari menutup pintu taxi dan memeluk dey.
Kami
kembali bersama. Kali ini setiap kali dey bertanya “nay, do you love me?”aku akan selalu menjawab “i love you so much honey”. Kami akan segera menikah beberapa bulan
lagi, dey melamarku untuk yang kedua kalinya, dihadapan semua orang (lagi). Dan
kali ini tentu saja “yes, i do”.
Well.. hidup ga pernah
semudah mengambil keputusan antara makan apa atau minum apa, hidup jauh lebih
berat dari itu. Semakin sulit hidupmu, sepi akan semakin menyelimuti, semakin
sulit hidupmu maka hati akan semakin lari dan akhirnya sembunyi. Selama kita
bisa menjalani dengan ikhlas, selama kita selalu tersenyum akan dunia yang kejam,
maka kita bisa menikmati alunan kehidupan. Ada kalanya untuk mencari jati diri,
ada kalanya untuk menemukan kebahagiaan di tempat yang berbeda, berjalan sejauh
apapun untuk menemukan sesuatu. Namun tak selamanya kebahagiaan ditemukan
dengan terus mencari, terkadang kebahagiaan sudah ada, kamu hanya perlu tetap
tinggal dan hidup didalamnya...