Sesuatu
seperti cinta juga memerlukan takdir dan kisah didalamnya, jika tidak
dilahirkan untuk menjadi satu, maka usaha sebaik apapun tidak akan menjadikanmu
satu. Apa kabar kamu valentine pertamaku? Akhir-akhir ini aku berfikir
tetangmu.. aku tak ingin hidup dimasa lalu, namun kamu terlalu manis untuk
menjadi masalalu.. selalu begitu.
Di
tahun 2008, saat aku memulai sesuatu seperti cinta. Ketika Tuhan mengenalkanku
pada makhluk yang ku kira sempuran dan memiliki segalanya, yang layak untuk
kucintai, yang selalu membuatku bahagia dalam diam, yang diam-diam ku
perhatikan, yang dari jauh selalu kunanti saat kita bicara.
Tahun-tahun
berlalu, dan aku hanya menjadikanmu sebagai tempat teristimewa disudut hatiku,
sebagai seseorang yang menjadi alasanku bertahan atas segalanya. Senyummu cukup
untukku bertahan akan rasa sepi dan hampa. Dan akan selalu ku tunggu saat-saat
kita bicara sederhana mengenai hal yang harus dipelajari hari esok.
Aku
seperti pecundang gila yang kehilangan akal, bahkan aku tak perlu makan atau
minum, hanya kamu.. lalu semua akan cukup.
Ketika
kamu tak kunjung datang menyambut cintaku, aku masih diam menutup mulut seraya
berdoa pada setiap malamku, harusnya aku malu memintamu dengan sangat kepada
Tuhan setiap malam. Namun aku tak pernah menyerah.
Orang-orang
bilang, segala sesuatu yang menjadi hal yang pertaama akan selalu memiliki
tempat special dihatimu. Kukira itu
benar. Kamu cinta pertamaku, dan selalu ada ruang untukku dan duniaku mengingat
masa-masa itu. Masa-masa tersulit dan termanis yang pernah ada dalam hidupku
yang membosankan ini.
Di
bulan Februari di tahun 2008, aku sibuk dengan hari-hariku sebagai anggota OSIS
yang baru. Setidaknya ada sekitar lima proposal yang harus kami ajukan untuk
setiap even. Saat itu baru kusadari,
bahwa aku bisa melupakanmu untuk sejenak.
Kita
tak sering berpapasan lagi, aku sibuk dengan urusanku dan kamu hanya berlalu
seperti angin ketika kita bertemu. Kukira ini saatnya aku menyerah dengan
cinta, dengan kamu. Aku mulai berhenti menunggu didepan kelas untuk seseorang
yang akan lewat, aku mulai berhenti memperhatikan segerombolan laki-laki yang
bercanda konyol dari jauh diantara ada kamu, aku mulai berhenti berharap bahwa
Tuhan akan mempertemukan kita dalam satu moment
indah tertentu, sedikit demi sedikit aku mulai menghapus sosokmu dari hatiku.
Profosal
ku diterima, dan hari valentine nanti sekolah kita akan punya moment istimewa, dengan bunga-bunga
mawar pink, dengan hiasan balon-balon, dengan coklat, dengan cinta. Aku masih
sibuk berkutik dengan dekorasi sehingga tak sengaja aku menemukanmu yang
mempehatikanku dari jauh, yang tersenyum geli ketika aku berteriak sana-sini
untuk aturan dekorasi. Aku tak sengaja berfikir bahwa seseorang
memperhatikanku, dan ketika kusadari itu kamu. Aku jatuh, lagi.
Ketika
kukira sudah kubuat benteng pertahanan untukmu yang tak mungkin bisa masuk
dalam lubuk hatiku, ketika kubuat dengan begitu susahnya sebuah pertahanan yang
erat, aku jatuh karena senyummu yang sederhana padaku. Untuk yang kedua
kalinya, kamu menjadi cintaku lagi. Hanya karena sebuah senyum kecil dari jauh,
aku jatuh dan mulai berdoa untukmu lagi.
apa?”. “penting banget ya?”.
“harus sesibuk itu?” yang ku kira adalah lebih dari sekedar pertanyaan singkat.
Apakah kamu mulai menungguku? Mulai menghawatirkanku? Mulai men.. cintaiku??
Imajinasiku.
Tiga
hari sebelum valentine, aku menangis
hingga tak punya tenaga untuk melakukan apapun. Pada kenyataanya, aku hanya
pecundang bodoh dengan khayalan yang tinggi. Kudengar kamu jadian dengan salah
satu teman baikku, kudengar kamu menyatakan cinta didepan semua orang untuk
itu, kudengar.. kamu sangat bahagia.. dan itu tidak cukup.
Ketika
kuserahkan profosal rincian biaya ke ruang kepala sekolah dan melewati kelasmu.
Kulihat kamu tersenyum manis merayu, kepada dia. Salah satu teman baikku.
Bukankah aku bodoh? Itu cukup membuat airmataku habis dan tenagaku terkuras.
Aku menyerah.. mungkin kamu memang bukan milikku, dan ini saatnya untuk
melepaskan.
Dua
hari sebelum menjelang valentine aku
semakin sibuk dengan urusanku. Tak apa,ini akan sangat baik untukku. Aku tak
harus mengingatmu saat waktu ku menjadi luang. Aku menjadi berbeda, tidak lagi
terseyum manis padamu, bahkan ketika kita berpapasan dan kamu menjatuhkan
beberapa buku ku, aku hanya merapikannya kembali dan berlalu, tanpa sepatah
katapun. Kulihat sosokmu yang terpantul dari kaca, yang bingung, yang kaget
atas tingkahku.
Sehari
sebelum valentine, aku menangis lagi,
airmataku pecah. Mengasihani diri sendiri atas ketidakmampuan, atas kelemahan,
atas cinta yang pertama kali namun tak terbalas, atas rasa sakit dan perih yang
terus kutahan, yang selalu kutunjukan kepada dunia, bahwa aku baik-baik saja.
Aku kalah lagi. Aku tak sekuat itu, aku tetap jatuh.
Hari
valentine tiba, acaranya sempurna.
Musik, dekorasi, moment, mereka
bahagia. Di panggung, ada beberapa pasangan yang dengan berani menyatakan
cinta, ditolak, diterima, manis.
Ketika kukira hari ini benar-benar berakhir dan ternyata belum.
Aku
berjalan menuju ruang kepala sekolah, melewati jalan setapak ditaman sekolah
kami, dengan angin yang sepoi dan pohon-pohon yang seakan menari pelan. Aku
melambatkan langkahku, mencoba menikmati hari valentine ini. Aku berhenti sejenak, terdiam di tengah jalan
setapak taman, seorang diri, memejamkan mata dan merasakan angin yang bertiup
melewati tubuhku, menyentuh helaian rambutku.
Tiba-tiba
seorang anak kecil berlari ke arahku. Anak laki-laki itu, menarik ujung rok
sekolahku, membuatku membuka mataku, kulihat dia dengan ekspresi khas anak kecil yang lucu. Kulihat matanya yang berbinar
bahagia seakan baru saja menerima kado istimewa.
Kulihat
dia mengengam dua batang coklat, satu diantaranya dililiti pita berwarna pink.
Aku mengerti sekarang, dia bahagia karena cokelat-cokelat itu. Ketika aku mulai
berjalan lagi, dia menarik tanganku dan menyerahkan coklat dengan pita pink
tadi kepadaku. Aku yang bingung dan ragu. Mengelus kepalanya yang kecil seraya
berkata, “kok kasi kakak, buat anes ajaa..”.
Anak
kecil itu terdiam dan ketika aku berlalu meninggalkan, dia berteriak lebih
girang. Di ujung lain jalan setapak kulihat dia berdiri. Laki-laki yang
kucintai. Menunggu entah apa, kukira dia menunggu kekasihnya. Dan aku hanya
berpapasan tanpa sepata kata dan pergi berlalu. Dia tak hentinya memandangku
yang berjalan pergi. Ketika kusadari, semua sudah terlambat.
Aku
tersentak sejenak, meloneh kearahnya. Kulihat anes berjalan menuju dia,
mengatakan sesuatu dan dia menjadi pilu, diam dengan matanya yang seduh. “ya
udah ga apa-apa, buat aness aja” hanya itu yang bisa kudengar dari jauh. Aness
kegirangan, dan dia berbalik dan pergi menjauh. Saat itu kusadari, bahwa coklat
dengan pita pink itu untukku, dari dia yang selama ini kunantikan.
Aku
tak bisa menangis, bahkan aku terlalu bodoh untuk menangis. Aku menyalahkan
diriku sendiri untuk saat itu. Dia tiba-tiba tak pernah lagi muncul
dihadapanku. Kudengar dia pindah mengikuti orang tuanya. Aku menjadi si bodoh
yang pilu.
Dua
bulan berlalu dari hari itu, dan aku masih menyalahkan diriku sendiri. Masih
hingga sekarang. Aku duduk di kantin, ketika teman-teman dekatku yang salah
satunya adalah jessie, yang kukira adalah pacar dari “dia” datang dan
mengajakku bercerita.
“jadi
udah ditembak dira?” kata jessie tiba-tiba yang membuat jantungku seakan
berhenti berdetak. Dira.. nama “dia” yang mengisi ruang untuk cinta pertamaku,
yang menjadi dekat dengan jessie untuk menayakan segala tentangku. Dira yang
membuat simulasi cara menyatakan cinta didepan kelas yang khusus dia siapkan
untukku. Dira yang membaca hampir sepuluh buku novel-novel romance untuk mempelajari cara menyatakan cinta yang romantis.
Dira.
Aku
kembali ke kelasku, duduk melamun dan menjadi pilu. Siapa yang tidak, ketika
menyadari melakukan hal bodoh seperti aku. Kepaku pusing, hingga sepertinya
lebih baik untukku pulang sekarang, aku membereskan buku-bukuku dan
memasukannya kedalam tas, aku akan meminta izin dan pulang. Ketika aku
mengambil buku di laci dan menemukan sesuatu, aku terhenti sejenak.
Dear Nina..
Punya
waktu besok? Ayo kita nonton film bagus.
Dira.
Dear Nina..
Besok
ada fesitval makanan jepang, mau kesana bareng??
Dira
Dear Nina..
Nanti
aku tunggu di depan gerbang sekolah ya, kita pulang bareng. Okee??
Dira
Dear Nina..
Aku
mulai patah semangat nin, gimana lagi aku harus nunggu kamu? Ayo kita beli buku
bareng.. kamu suka novel kan? Aku punya beberapa, aku tunggu di kantin ya,
nanti aku pinjemin kamu deh..
Dira
Dear Nina..
Aku
suka sama kamu nin, maukah kamu jadi pacar aku. That’s all i wanna say.
Dira
Tidak hanya satu,
sekitar 50 surat singkat dengan ungkapan yang berbeda-beda, dengan kata-kata
yang menyentuh, dengan cintanya yang seutuhnya, dengan segala ajakan yang
pernah aku baca di novel-novel remaja. Hanya aku yang bodoh, tak pernah
memeriksa lokerku, yang sibuk degan menunggu dan tak tau hatimu. Tidakkah aku
bodoh?
Sekitar lima puluh
surat, dan tak pernah kusadari keberadaanya selama ini. Satupun. Dan airmataku
pecah membaca surat terakhir. Surat dengan kalimat yang lebih banyak dan lebih
dalam.
Dear
Nina..
Selamat
hari valentine nin, kamu pasti capek banget. Acaranya bagus banget, romantis.
Aku.. udah merenung seminggu lebih nin, ketika udah aku kumpulin seluruh
keberanianku buat nyatain cinta, aku masih kurang berani. Jadi aku nyuruh aness
buat kasi kamu coklat, kamu tau aness kan? Anak pak rere? Hehe. Jadi ku kira,
ketika kamu terima coklat aku akan dateng dari ujung jalan taman berlutut dan
nyatain cinta. Kukira itu yang paling romantis. Dan aku bodoh, aku yang bodoh.
Gimana kamu bisa tau itu dari aku? Pasti kamu berfikir kalo anak sekecil aness
mau bagi coklatnya sama kamu, dan jelas kamu nolak. Lucu ya nin.. aku
pecundang.
Karena
hari ini hari terakhir aku disni, ohh iya, aku pindah ke malay nin, orangtuaku
harus nemenin omma yang mulai sakit-sakitan. Aku Cuma berani di surat nin,
maaf. Aku suka kamu, senyum kamu, cerianya kamu, cara kamu yang lembut, sikap
kamu yang sopan, dan hati kamu yang baik.
Aku
masih inget kamu dateng ke ruang guru buat minta maaf waktu ibuk rika ngembek,
padahal kamu ga tau apa-apa, kamu dimarah-marahin. Sendirian. Atau saat kamu
mendengarkan cerita teman-temen ketika meraka punya masalah, senyum kamu teduh
banget ketika itu. Jangan sakit nin, aku hampir gila waktu kamu sakit tifes
karna kecapean dan aku terlalu malu buat jenguk. Jagan selalu mikirin orang
lain, kamu harus mikirin diri kamu sendiri juga. Jangan nangis, jangan
sendrian, jangan lupa makan, jangan nyelesaiin semua masalah sendiri. Minta tuh
bantuan sama temen-temen kamu.
Jaga
diri kamu baik-baik ya, aku sayang kamu. Mungkin kita ga ditakdirin buat
sama-sama. Bukan! Karena aku yang terlalu pengecut buat ngomong langsung. Eh
iya, kamu tau robby kan? Anak ipa 2, dia temen kumpul aku juga. Dia orang yang
baik, kuat, dia bisa jangain kamu, hatinya tulus, dan dia jauh lebih berani
daripada aku. Dia juga suka kamu, jadi nanti kalo dia nembak kamu, harus
diterima ya.. harus ada orang di sisi kamu yang jagain kamu.
Aku
sayang kamu, Nina.. terimaksih buat jadi cinta pertamaku. Aku harap suatu saat
kita ketemu lagi, dan saat itu aku akan jadi lebih berani. Aku akan langsung
lamar kamu! Hahahaa.. i love you ninaa.. selamat hari valentine.
Dira..
Eh,
aku punya beberapa koleksi foto kamu. Cantik..
Sebuah
album foto manis disertakan di surat terakhir, penuh dengan coretan-coretan
kata-kata manis, stiker lucu, dan kamu punya semua. Bahkan foto ketika kita MOS
pertama kali. Ternyata kamu mencintaiku lebih dahulu, dan sudah selama itu.
***
Dan
hari itu sudah berlalu lama sekali.. tiba-tiba aku tak sengaja mengingatmu,
ketika seorang anak kecil berlari ke arahku memberikan balon gratis hari ini.
Mungkin umurnya sama dengan aness pada saat itu.
Rasanya
aku ingin meminjam lorong waktu doraemon untuk kembali ke masa itu, tidak
mengulangi kebodohanku. Kamu selalu punya tempat special di hatiku dir, sampe
kapapun. Kita mungkin tidak ditakdirkan buat jadi satu, tapi mencintaimu sudah
amat cukup. Terimaksih buat kenangan manis ini diraa.
Sebagian
adalah terjadi..